Wayang Kulit Lakon Kresna Duta di Magetan: Gendari Hasut Duryudana, Ambyar
- Oktober 18, 2022
- 2:36 am

SANTRI KERTONYONO – Pagelaran wayang kulit semalam suntuk di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan Jawa Timur, ambyar. Deretan kursi di depan panggung wayang, ludes terduduki. Kursi-kursi yang memang disediakan panitia untuk penonton wayang kulit itu, habis tak tersisa.
Begitu juga dengan tempat duduk di luar terop pagelaran wayang kulit, juga penuh. Malam itu lapangan Djoyo Djotro Desa Gonggang yang luas, penuh sesak penonton. Para penikmat wayang kulit membludak di mana-mana.
“Penonton wayang malam ini sungguh luar biasa,” kata Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Magetan Ki Muslimin Ari Wibowo dalam sambutannya Minggu malam (16/10/2022).
Penonton yang hadir di pagelaran wayang kulit, beragam. Mereka datang dari berbagai usia. Banyak ibu-ibu yang membawa serta putra-putrinya. Kemudian rombongan bapak-bapak serta para remaja. Tak sedikit dari mereka yang menggelar tikar di atas tanah.
Dari informasi yang dihimpun, para penonton tak hanya berasal dari wilayah Magetan. Para penikmat wayang kulit dari warga Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, juga pada berdatangan. “Lagian perjalanan dari Wonogiri hanya setengah jam,” tutur seorang pria berkaos pelaku seni kepada Santri Kertonyono.

Pagelaran di Desa Gonggang Magetan merupakan safari wayang kulit yang ke sepuluh. Dua hari sebelumnya, Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara (KPSBN) menggelar pentas wayang kulit di Desa Bangsri Kecamatan Ngariboyo dan di Desa Bungkuk Kecamatan Parang.
KPSBN merupakan komunitas orang-orang yang peduli dengan seni budaya peninggalan leluhur nusantara. Komunitas ini berdiri sejak tahun 2015 di mana Anies Baswedan sebagai pembinanya.
Pagelaran wayang berjargon “Nonton Bareng Bopo Anies Baswedan” itu mengambil tema Merajut Kearifan Lokal, Membangun Jati Diri Bangsa.“Jadi kegiatan nguri-nguri budaya dengan pentas wayang kulit itu bukan pertama kali. Tapi sudah berjalan sejak tahun 2015 lalu,” terang Ki Muslimin Ari Wibowo.
Hujan Deras dan Para Penikmat Wayang yang Bertahan
Hujan tiba-tiba mengguyur deras. Tepat pukul 01.30 Wib dini hari. Hujan turun di saat dalang Ki Anom Dwijo Kangko lagi seru-serunya memainkan lakon Kresna Duta.
“Hujan..hujan,” seru para penonton wayang. Suasana sontak riuh. Terutama penonton yang berada di luar terop panggung wayang. Mereka langsung bergegas mengemasi tikar dan langsung mencari tempat berteduh. Di warung-warung tenda yang banyak bertebaran di lokasi pagelaran wayang, sontak dipadati penonton wayang. Di bawah tenda, mereka bertahan mengikuti jalan cerita lakon Kresna Duta.
Kresna Duta berkisah tentang Sri Kresna yang menjadi delegasi (duta) Pandawa. Kresna mendapat tugas menagih janji Raja Astina Prabu Duryudana. Duryudana diingatkan janjinya: membagi kerajaan Astina sigar semongko,yakni membelah kekuasaan dengan ukuran sama.
Janji diucapkan Duryudana saat Pandawa kalah bermain dadu melawan Kurawa. “Pandawa akan diberi bagian kerajaan Astina jika berhasil menjalani hukuman pengasingan selama 13 tahun”.
Sebagai raja, Duryudana sebenarnya pantang menjilat ludah. Ia berniat melunasi janji, namun Dewi Gendari, ibunya menghalangi. Gendari merupakan ibu Kurawa.
Gendari menaruh dendam kesumat kepada Pandu Dewanata, ayah Pandawa. Dendam lama gara-gara Pandu lebih memilih Dewi Kunti dan Dewi Madrim daripada dirinya. Gendari yang juga kakak kandung Sengkuni, tak ingin Astina dibagi.
Apalagi kepada kepada anak-anak Pandu Dewanata, Gendari menyatakan hatinya tak rela. Dihasutnya Duryudana dengan berbagai cara. Gendari menyatakan pemimpin lupa janji atau ingkar janji sebagai hal yang lumrah. Duryudana pun patuh.
Tak hanya terang-terangan menolak permintaan Kresna, Duryudana juga memerintahkan saudara-saudaranya (Kurawa) untuk menghabisi Kresna. Dalam kisah Mahabarata, ingkar janji Duryudana menjadi pangkal meletusnya perang Baratayuda.

Sementara hujan tak kunjung berhenti. Malah semakin deras. Dan sabetan wayang Ki Anom Dwijo Kangko terlihat semakin memikat. Beberapa kali terdengar riuh tepuk tangan tangan.
Kepiawaian Ki Anom Dwijo menjalankan wayang membuat para penonton pada enggan pulang. Apalagi ditambah kehadiran bintang tamu Cak Yudho Cs serta adanya undian door prize.
Banyak warga yang bertahan. Mereka mengikuti lakon Kresna Duta hingga akhir pagelaran. “Di Gonggang sudah lama tidak ada pagelaran wayang kulit. Bahkan sebelum pandemi jarang ada,” tutur Latif (90) warga setempat yang datang ke lokasi bersama keluarganya.
Hal senada disampaikan Agung Budi Dewanto, dalang asli Magetan. Ia mengatakan popularitas dalang dan bintang tamu diakuinya menjadi faktor penentu tinggi rendahnya animo penonton wayang.
Namun selain itu, kerinduan masyarakat akan pagelaran wayang kulit juga menjadi faktor tak kalah penting. Apalagi selama pandemi Covid-19, banyak dalang wayang kulit yang tak bisa pentas.
“Karenanya kita berterima kasih kepada Pak Anies Baswedan selaku pembina KPSBN yang telah menggelar safari wayang kulit di Magetan,” ujarnya.
Baca juga
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara