Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- November 5, 2022
- 11:30 am

SANTRI KERTONYONO – Anies Baswedan berduka. Anies mengungkapkan rasa dukanya dengan mengenang masa perjalanan sekaligus perjuangan bersama Ketua Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia) Kondang Sutrisno yang tutup usia pada Kamis malam (3/11/2022).
“Jenazahnya masih di ruang ICU. Memandang wajahnya utk terakhir kali, mengingatkan perjalanan yang pernah kami jalani dan perjuangan panjang almarhum di dunia pewayangan,” tulis Anies Baswedan di akun instagramnya Jumat pagi (4/11/2022).
Anies Baswedan dan Kondang Sutrisno merupakan sahabat. Terutama pada jalur kebudayaan nusantara, khususnya wayang kulit, keduanya memiliki komitmen yang sama, yakni terus berusaha nguri-nguri (melestarikan) budaya Jawa.
Tak heran bila dalam berjuang bersama, Anies Baswedan dan Kondang Sutrisno saling suport. Anies merupakan pembina Komunitas Pelestari Seni dan Budaya Nusantara (KPSBN) yang berdiri sejak tahun 2015.
Sementara almarhum Kondang Sutrisno adalah Ketua Umum Pepadi periode 2022-2027 yang terpilih dalam Musyawarah Nasional (Munas) VII di Joglo Tumiyono, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Saat ini KPSBN tengah melakukan safari kebudayaan di Magetan, Jawa Timur. Mulai akhir bulan September lalu hingga kini, KPSBN tak berhenti menggelar pentas wayang kulit dengan melibatkan dalang-dalang lokal serta para pegiat seni.

Pagelaran yang bertajuk Merajut Kearifan Lokal Membangun Jati Diri Bangsa itu berjalan bersama-sama Pepadi, khususnya Pepadi Kabupaten Magetan. Begitu mendengar kabar Kondang Sutrisno telah wafat, Anies Baswedan langsung bergegas mendatangi RS St.Carolus, Jakarta Pusat Kamis malam (3/11/2022).
Di ruang perawatan itu, Anies bertemu dengan Iwan, putra Kondang Sutrisno. Anies Baswedan tak menyangka, Kondang Sutrisno akan pergi begitu cepat. “Kabar duka yang dalam itu datang dari Bu Kondang. Maghrib tadi kami masih telponan bercerita tentang kondisi kesehatan Pak Kondang yg memang sedang amat menurun,” tutur Anies Baswedan dalam tulisannya.
Di mata Anies Baswedan, almarhum Kondang Sutrisno merupakan pejuang kebudayaan yang tak kenal lelah. Seorang pejuang pelestarian budaya wayang. “Almarhum hibahkan energi, pikiran, waktu dan harta utk merawat seni budaya wayang. Tak terhitung orang yang merasakan manfaat dari perjuangannya”.

Kondang Sutrisno lahir di Blora pada 10 April 1968. Sejak kecil ia sudah menggeluti dunia pewayangan. Ibarat kata, dunianya adalah dunia pewayangan. Pada tahun 1992 silam, Kondang Sutrisno mendirikan Yayasan Putro Pendowo.
Kemudian juga mendirikan sanggar Putra Dahana pada tahun 1995, yakni wadah untuk pedalangan, karawitan dan pelatihan tari. Kecintaan Kondang Sutrisno pada seni wayang tak hanya terbatas pada wayang kulit gagrak Surakarta.
Ia juga menyukai wayang kulit gagrak Yogyakarta, wayang golek Sunda, wayang kulit Betawi, wayang Bali dan wayang orang. Di kalangan para pecinta wayang kulit, Kondang Sutrisno juga dikenal sebagai kolektor wayang kulit dengan jumlah koleksi yang luar biasa.
Ia memiliki 3.628 wayang kulit gaya Surakarta lawas maupun baru. Kemudian juga mengoleksi 224 wayang kulit gaya Yogyakarta, 220 wayang golek Sunda, 240 wayang kulit Ramayana dan 66 wayang kulit khusus lakon Mahabarata.
Kondang Sutrisno merupakan pejuang pelestarian budaya wayang yang gigih. Selama pandemi Covid-19, ia berusaha keras menemukan jalan keluar bagaimana kesenian wayang kulit tetap eksis di masyarakat.
Ia prihatin melihat banyak seniman wayang kulit, khususnya dalang yang terpaksa banting stir demi bisa bertahan hidup. Bersama KPSBN binaan Anies Baswedan, Kondang melakukan berbagai terobosan-terobosan.
“Kini jasadnya terbaring, tak lagi bisa berbicara, tapi amalnya, kebaikannya, berbicara amat banyak tentang peran dan kebermanfaatan selama hidupnya. Husnul khatimah, Insya Allah. Al-fatihah..,” pungkas Anies Baswedan dalam tulisannya.
Kabar kepergian Kondang Sutrisno juga mengejutkan para pegiat seni di Magetan, terutama para dalang wayang kulit. Apalagi kepergiannya berlangsung 4 hari menjelang peringatan Hari Wayang Nasional yang jatuh setiap tanggal 7 November.
Sejumlah dalang di wilayah eks Karsidenan Madiun dan sekitarnya, mengungkapkan rasa duka yang mendalam. Kondang Sutrisno selama ini dikenal sebagai pimpinan Pepadi yang begitu mengayomi.
Agar kesenian wayang kulit di daerah tetap lestari, sudah bukan rahasia umum jika Kondang Sutrisno “mewakafkan” perangkat gamelannya untuk dipakai pentas para dalang lokal yang kurang mampu.
“Kami semua merasa kehilangan. Sugeng tindak Pak Kondang Sutrisno. Suwarga langgeng bapak,” tutur Bayu Seta, salah seorang pengurus KPSBN sekaligus Ketua Panitia Wayang Magetan.