Teladani Batoro Katong, Anies: Kalau Tak Sanggup Jujur Jangan Masuk Pemerintahan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
Teladani Batoro Katong, Anies: Kalau Tak Sanggup Jujur Jangan Masuk Pemerintahan
ABW teladani bataro katong/ Foto: Istimewa

SANTRI KERTONYONO – Raut Anies Baswedan terlihat bahagia. Setiba di Ponorogo Jawa Timur, yakni di lokasi Pesarean Raden Batoro Katong, senyum Anies seolah tak berhenti mengembang.

Penampilan Anies Baswedan tak seperti biasanya. Cucu pahlawan nasional AR Baswedan itu mengenakan baju tradisional Ponorogo. Baju serba hitam dengan model gombrong.

Pakaian gothil atau biasa disebut model warok Ponorogo itu, membuatnya lebih gagah. Di depan pusara Batara Katong, Anies khusyuk berdoa. Ia juga khidmad mendengarkan apa yang diutarakan para sesepuh.

Sebagai pemimpin, Batoro Katong merupakan teladan. Bagaimana sebuah pemerintahan yang dikelola pemimpin jujur kelak akan senantiasa mendatangkan kemaslahatan bersama.

Pesan Batoro Katong yang masyhur dan hingga kini masih dipegangnya erat: “Kalau tidak sanggup jujur, jangan masuk di pemerintahan”. Sifat jujur seorang pemimpin akan mengantarkan masyarakatnya pada kemakmuran hidup.

Dalam doanya, Anies juga memohon senantiasa diberi kekuatan untuk terus berperilaku amanah serta istiqomah, terutama dalam mengemban kepercayaan di pundaknya.

“Sehingga Insya Allah amanah yang diembankan menjadi ringan,” tulis Anies dalam akun Instagram nya.

Anies dalam kesempatan itu juga mengapresiasi para sesepuh yang selama ini menjaga nilai-nilai budaya di Ponorogo. Di tengah situasi global ini, upaya menjaga sekaligus merawat nilai budaya tidak mudah.

“Kami menyampaikan terimakasih kepada para tokoh dan juru kunci yang telah menjaga warisan pondasi budaya kita,” tambahnya.

Dalam unggahannya, Anies juga berharap generasi selanjutnya bisa terus mengambil hikmah dari sebuah perjalanan bangsa. “Insya Allah apa yang dikerjakan ini mendapat ridho Allah SWT”.

Syiar Islam Batoro Katong di Ponorogo

Tepat pada tahun 1486 M, agama Islam yang disyiarkan oleh Batoro Katong menyebar di daerah Ponorogo. Tak hanya tokoh penyebar Islam, Batoro Katong ini juga diyakini sebagai yang babad alas sekaligus pendiri wilayah Ponorogo.

Batoro Katong berhasil mengubah situasi sosial yang semula primitif menjadi masyarakat berperadaban.

“Bahkan saat kedatangannya ke Ponorogo ada yang berpendapat merupakan konsekuensi dari perubahan politik pada masa itu, yaitu dari Kerajaan Majaphit (Hindu) menuju Kerajaan Islam Demak,” tulis Idham Wahyu Kurniawan dalam skripsinya yang berjudul Bathoro Katong dan Peranannya Dalam Pengembangan Agama Islam di Ponorogo Menurut Babad Ponorogo.

Batoro Katong sendiri awalnya bukan seorang muslim. Perjalanan rohaninya hijrah ke Islam tak lepas dari peran Raden Patah, Sultan Demak yang saat itu melakukan Islamisasi di kawasan Jawa bagian timur.

Batara Katong diislamkan langsung oleh Raden Patah. Menurut Elfa Lusiana Tyas dalam Peranan Bathoro Katong dalam Penyebaran Agama Islam di Ponorogo pada Abad ke XV Masehi, dengan islamnya Batoro Katong sekaligus berpindahnya Kadipaten di bawah kekuasaan Demak, Bathoro Katong mulai melakukan Islamisasi masyarakat Ponorogo.

Nama Katong merupakan gelar yang diberikan oleh Sunan Kalijaga. Bagi pemeluk Budha, penyebutan Batoro atau Batara memiliki makna sebagai Dewa.

Karena syiar Islam yang dipilih Batoro Katong adalah jalan damai, gelar tersebut dinilai sebagai salah satu cara yang efektif untuk mengambil hati masyarakat setempat.

“Selama proses syiarnya inilah, Batoro Katong lantas membangun sebuah masjid untuk yang pertama kalinya di Ponorogo. Masjid itu beratap alang-alang hingga sirap dan Kiai M. Musa dipercayakan untuk menjadi ketua juru kunci,” tulis Kurnia Enggar Fitriana dalam Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Penyebaran Agama Islam Raden Katong di Ponorogo dalam Babad Ponorogo.

 

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI