Sanjungan Dalang Wayang Kulit Magetan Kepada Anies Baswedan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
Wayang kulit, anies baswedan, ksbn, pepadi
Potret Pagelaran Wayang Kulit Magetan yang Diselenggarakan Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara /Foto: Istimewa

SANTRI KERTONYONO – Ki Muslimin Ari Wibowo (56) tampak gembira. Di tengah sayup-sayup irama gamelan wayang kulit yang memasuki lakon limbukan, pandangannya berbinar-binar. Saat nama Anies Baswedan diucapkan, dalang wayang kulit asal Kabupaten Magetan Jawa Timur itu terlihat begitu bersemangat .

Sangat membantu, sangat membantu,” tutur Ki Muslimin Ari Wibowo kepada Santri Kertonyono.“Harusnya yang melakukan ini pemerintah. Tapi justru Pak Anies (Anies Baswedan). Ini yang membuat kami merasa bahagia sekaligus terharu,” tambahnya.

Ki Muslimin mengapresiasi perhatian nyata Anies Baswedan terhadap kesenian wayang kulit. Melalui Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara (KPSBN), Anies menggelar safari wayang kulit di Magetan. Anies merupakan pembina KPSBN sejak organisasi itu didirikan pada tahun 2015.

Kegiatan dilakukan bersama Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia),” kata Ki Muslimin. Pertunjukan wayang kulit berlangsung di pelosok desa-desa Magetan. Pagelaran melibatkan para seniman lokal, terutama dalang, sinden serta penabuh gamelan.

Para pelaku seni yang semula tidur, mati suri, bahkan betul-betul tak berdaya akibat hantaman pandemi Covid-9, kata Muslimin kembali terjaga. Kemeriahan warga juga terlihat di mana-mana. “Termasuk ekonomi kerakyatan kembali hidup,” papar Muslimin.

KPSBN merupakan komunitas orang-orang yang peduli dengan seni budaya peninggalan leluhur nusantara. Langkah nyata dari upaya nguri-uri budaya Jawa itu, salah satunya menggelar safari wayang kulit. “Banyak yang bicara tentang nguri-nguri budaya nusantara, tapi semuanya hanya sekedar ucapan, wacana, ” tambahnya.

Hingga pertengahan Oktober ini, pentas wayang kulit di Magetan masih terus berjalan. Pada Jumat (14/10/2022) kemarin, pentas digelar di Desa Bangsri Kecamatan Ngariboyo. Eka Uget-uget menjadi bintang tamunya.

Di atas panggung, dalang Ki Imam Purbo memainkan lakon Kresno Gugah. Pada Sabtu (15/10), pentas wayang kulit berlanjut digelar di Desa Bungkuk Kecamatan Parang. Dalang Ki Gurit Jamaludin memainkan lakon Parikesit Dadi Ratu.

Pagelaran wayang kulit berlanjut pada 16 Oktober 2022 di lapangan Djoyo Djotro Desa Gonggang, Kecamatan Poncol. Bintang tamunya Cak Yudho Cs dengan dalang Ki Anom Dwijo Kangko. Ki Anom akan memainkan lakon Kresno Duto.

Dalang-dalang (wayang kulit) kembali bangun dari tidur, terutama dalang lokal,” ungkap Ki Muslimin. Pada saat awal pandemi Covid-19, para dalang seperti terhantam pagebluk ekonomi. Semua kegiatan berhenti total.

Para sinden dan penabuh gamelan juga ikut terdampak. Aktifitas mereka juga ikut berhenti. Apa yang dilakukan untuk bertahan? Banting stir, kata Muslimin. Ada yang jualan ayam, menjadi pengamen jalanan, petani, pedagang, dan sebagainya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, banyak dalang yang menggadaikan gamelannya. Bahkan tidak sedikit yang memutuskan menjualnya. “Tragis. Dan saya kira tidak hanya terjadi di Magetan saja. Tapi seluruh Indonesia,” tutur Ki Muslimin.

wayang, anies baswedan
Pertunjukan wayang kulit berlangsung di pelosok desa-desa Magetan dengan melibatkan para seniman lokal, dalang, sinden serta penabuh gamelan /Foto: Istimewa

Impian Menteri Kebudayaan

Harusnya yang melakukan kegiatan ini (safari wayang kulit) pemerintah,” kata Ki Muslimin kembali mengulangi pernyataanya. Sebab pemerintah atau negara memiliki kekuatan, baik itu secara anggaran maupun jaringan.

Yang tanggap malah Pak Anies (Anies Baswedan). Pak Anies memang sosok yang luar biasa,” tambah Ki Muslimin. Ki Muslimin Ari Wibowo merupakan Ketua Pepadi Kabupaten Magetan. Ia menjabat sejak tahun 2006 hingga sekarang.

Di bawah naungan Pepadi Magetan, ada sebanyak 22 dalang wayang kulit yang dinilai Ki Muslimin sebagai dalang aktif. Sebelum pandemi Covid-19 mereka aktif manggung. Di luar itu terdapat dalang sepuh yang sudah jarang manggung.

Yang tidak aktif dikarenakan faktor usia yang uzur,” tuturnya. Ki Muslimin membangun karir pedalangan wayang kulit pada usia yang dibilang tak lagi muda.

Saat pertama kali belajar jejeran, suluk, sabetan sekaligus memainkan lakon, statusnya sudah berumah tangga. Ia menimba ilmu pedalangan mulai tahun 1997 kepada almarhum Ki Bibit Pitoyo, seorang dalang yang cukup populer di Magetan.

Baginya, Bibit Pitoyo seorang guru yang luar biasa. Dalam belajar ilmu pedalangan, Ki Muslimin mengaku tidak dipungut biaya, tapi dengan syarat belajarnya harus sungguh-sungguh. “Saya itu nyuwito ndalang. Tidak pernah belajar di forum atau sanggar pedalangan,” ungkapnya.

Dua tahun berikutnya, yakni tahun 1999 Ki Muslimin mulai tampil di depan publik Magetan. Pada awal-awal manggung, ia masih di bawah “bayang-bayang” sang guru, yakni di mana ketika Ki Bibit Pitoyo manggung malam hari, dirinya pentas di siang harinya.

Ki Muslimin masih ingat, pertama kali manggung, dirinya memainkan lakon Gatotkaca jadi Ratu. Setelah itu jalan karirnya sebagai dalang wayang kulit terbentang lebar. “Saya kemudian menambahkan nama Ari Wibowo di belakang nama Muslimin,” terangnya.

Ki Muslimin memilki dua putra dan satu cucu. Salah satu putranya yang bertempat tinggal di Kabupaten Temanggung mengikuti jejaknya. Ki Muslimin seorang pelaku seni yang mulitalenta. Selain dalang wayang kulit, Ki Muslimin juga memiliki kemampuan di dunia musik.

Sebanyak 18 lagu campur sari telah ia ciptakan selama pandemi. Melalui platform digital Youtube, lagu-lagu ciptaanya itu kini telah tersebar luas. “Alhamdulillah untuk pemasukan selama pandemi,” kata Ki Muslimin.

Soal nguri-nguri kebudayaan nusantara, Ki Muslimin dan sejumlah dalang wayang kulit, termasuk para seniman di Magetan berharap ada sebuah kementerian khusus yang menangani wilayah itu.

Ia berpandangan kebudayaan yang digabung menjadi satu dengan kementrian pariwisata, tidaklah efektif. Perhatian negara terhadap kebudayaan akan fokus dan efektif jika ke depan negara memiliki kementrian kebudayaan yang berdiri sendiri.

Artinya kebudayaan sebaiknya diurus oleh kementrian kebudayaan. Tidak dicampur dengan urusan pariwisata seperti yang ada selama ini. Hal itu menjadi aspirasi dari kami para pelaku seni,” pungkasnya.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI