Ngaji Tasawuf dari Kitab Minhajul Atqiya’ Kiai Sholeh Darat

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
Bedah Buku "Minhajul Atqiya’ Kiai Sholeh Darat" oleh KH. In'amuzzahidin Masyhudi (kiri) & Yai Miftahul 'Ulum (kanan) /Foto: Screenshoot Youtube Kaifa Channel

santrikertonyonoSebagai salah satu gerakan Islam yang lebih fokus mengajarkan ilmu tentang cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun lahiriah dan batiniah serta memberikan ilmu tentang kebahagiaan yang abadi merupakan salah satu ciri tasawuf atau sufisme yang dulu dikenal sebagai gerakan zuhud atau menjauhi hal yang berbau duniawi.

Secara istilah, ilmu tasawuf juga dikenal sebagai salah satu cabang dari sekian banyaknya ilmu-ilmu Islam. Terlepas dari hal tersebut, ilmu ini masuk dalam barisan 3 ilmu Islam utama yang terdiri dari ilmu tauhid atau ushuluddin, ilmu fiqih serta yang terakhir yakni ilmu tasawuf.

Jika di kupas satu per satu, ilmu tauhid merupakan ilmu yang bertugas membahas tentang deretan soal-soal i’tiqad seperti contoh i’tiqad ketuhanan, kerasulan, hari akhirat serta jenis i’tiqad yang lainnya.

Sementara, ilmu fiqih akan lebih condong membahas tentang persoalan ibadah seperti halnya, sholat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Tentu berbeda dari kedua ilmu sebelumnya, ilmu tasawuf bertugas untuk memaparkan berbagai persoalan yang berhubungan dengan akhlak dan budi pekerti.

Tak jauh berbeda dengan cabang ilmu Islam yang lain, ilmu tasawuf juga memiliki tokoh-tokoh penting selama proses penyebarannya. Mungkin bagi ulama ahli ilmu tasawuf tidak asing dengan beberapa nama Abu Nawas (758-814), Imam Al-Ghazali (1056-1111), Syekh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166), Jalaluddin Rumi (1207-1273), Syekh Siti Jenar (1404-1517) serta Sunan Bonang (1465-1525).

Tak ketinggalan pula nama Muhammad Sholih as-Samarani Al-‘Alim Al-‘Allamah Asy-Syaikh Al-Hajji atau yang biasa dikenal dengan sapaan Kiai Sholeh Darat. Sosok ulama nusantara yang memiliki jiwa nasionalis ini mempunyai pemikiran yang tajam tentang ilmu tasawuf. Beberapa pemkiran itu ia curahkan ke tulisan yang kini telah berbentuk sebuah kitab.

Kisah perjalanan hidup seorang Kiai Sholeh Darat sudah menjadi rahasia umum bagi para tokoh agama bahkan beberapa ahli tasawuf di Indonesia. Beliau lahir di tengah-tengah keluarga yang alim dan sangat mencintai tanah air. Ayahnya, yakni Kiai Umar bahkan dahulu pernah menjadi salah satu orang kepercayaan Pangeran Diponegoro yang saat itu dikenal sangat gigih melawah penjajah.

Kiai Sholeh Darat sendiri lahir pada sekitar tahun 1820 Masehi, di sebuah daerah bernama Mayong yang berada di Jepara pesisir utara Pulau Jawa. Namun, ada peneliti lain yang beranggapan bahwa Kiai Sholeh Darat lahir di daerah Bangsri.

Semasa muda, Ia seringkali diajak sang ayah untuk melakukan perjalanan menimba ilmu dari satu guru ke guru lainnya. Tentunya kesempatan emas itu tidak dibiarkan begitu saja, bak sambil menyelam minum air, Kiai Sholeh Darat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berkenalan dengan kiai-kiai besar yang merupakan teman dari sang ayah.

Berbagai bidang ilmu telah berhasil di kuasai oleh sosok yang dikenal sebagai ulama yang gigih ini. Berbagai ragam bidang ilmu itu meliputi tafsir Al-Qur’an, fikih, nahwu dan sharaf, falak, tasawuf, dan lain sebagainya. Apabila dilihat dengan bahasa yang lebih kekinian, Kiai Sholeh Darat menggunakan konsep multidisiplin.

Mengulik Ilmu Tasawuf Kiai Sholeh Darat

Memang tak bisa dipungkiri, dalam koneksi sejarah Islam Nusantara dan khususnya sejarah pondok pesantren, nama Kiai Sholeh Darat telah memiliki tempat tersendiri di dalam ruang diskusi para pemerhati dan pembaca kitab tasawuf.

Dikenal sebagai ulama yang sangat aktif berdakwah dan menulis, Kiai Sholeh Darat menyebarkan karya tulisnya untuk bebas dipelajari oleh seluruh kalangan masryarakat. Dengan menggunakan arab pegon jawa, karya-karyanya banyak digunakan para santri sebagai bahan belajar di pondok.

Selain itu, hasil karya sang maha guru Kiai Sholeh Darat banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tanpa sedikitpun mengurangi esensi nilai dai buku aslinya tersebut. Jika dilihat dari makan-makna yang tercantum didalam bukunya, terasa sngat banyak pelajaran yang diambil sebagai pedoman melanjutkan langkah di kehidupan duniawi.

Miftahul Ulum, penerjemah kitab Minhajul Atqiya mengisahkan kembali poin-poin penting yang terdapat pada kitab tersebut. Dalam kegiatan yang di gelar secara online melalu Zoom Meeting , Miftahul Ulul membedah makna dan pesan yang ingin disampaikan Kiai Sholeh Darat melalui kitabnya.

Dalam pemaparannya, Miftahul Ulum menjelaskan terkait definisi khusus ilmu tasawuf menurut Kiai Sholeh Darat. Menurut beliau, ilmu tasawuf merupakan ilmu yang menggunakan hati dan nafsu sebagai objeknya serta mempunyai tujuan untuk mengosongkan hati dari aghyar (segala sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT) lalu mengisinya dengan sifat mahmudah (terpuji).

Bagi para muslim, memperlajari ilmu tasawuf merupakan fardlu a’in, itu berarti sama halnya dengan jika mempelajari ilmu lahir itu wajib maka demikian halnya dengan kewajiban mempelajari ilmu kebatinan.

Dalam kitabnya, Kiai Sholeh Darat juga menegaskan perihal seorang ahli tasawuf yang gemar mengikuti dan menjalankan sunnah ma’tsurah atau biasa disebut dengan kesunnahan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW seperti contoh menjalankan adab dalam beribadah serta bersungguh-sungguh dalam meniru akhlak Nabi SAW.

Selain itu, dalam kitab yang diterjemahkan oleh Miftahul Ulum ini juga menjelaskan tentang ajaran dan wasiat para wali yang hendaknya menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan menuju kesucian hati. Dimana, kurang lebih terdapat 9 poin yang dijabarkan oleh Kiai Sholeh Darat.

Pada ke-sembilan poin tersebut terdapat pemaparan singkat diantaranya seperti taubat yakni sebuah rasa penyesalan dan usaha pasti untuk meninggalkan kemaksiatan dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Lalu, ada sifat qana’ah atau menerima segala sesuatu pemberiaan Allah tidak melihat dari seberapa banyak atau sedikitnya pemberian tersebut.

Selanjutnya, Kaia Sholeh Darat juga menganjurkan kepada para pembaca kitabnya untuk selalu menjaga sunnah dan adab yang diajarkan oleh Nabi, selalu bertawakal dengan cara percaya dan berserah diri kepada Allah SWT, memiliki sifat ikhlas, selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, membiasakan ‘uzlah atau menyendiri dengan mejauhi keramaian serta menjaga waktu untuk melakukan ketaatan.

Tak hanya itu, maha guru yang bahkan pola pengajarannya di akui di Mekkah juga memaparkan resep istiqomah dalam melakukan Qiyamul Lail. Dimana, resep melakukan Qiyamul Lail (Imam Al-Ghazali) harus memenuhi syarat dhahir serta syarat bathin.

Menurut kitab Minhajul Atqiya’ memiliki syarat dhahir diantaranya seperti tidak banyak makan, tidak memayahkan badan di waktu siang karena cinta dunia, tidak meninggalkan tidur qailulah serta tidak melakukan dosa di waktu siang hari.

Sedangkan empat syarat dhahir-nya adalah membersihkan hati dari sifat huqud atau dendam dan hasud terhadap sesama saudara muslim, menjauhi perbuatan bid’ah dan merisaukan dunia, memiliki rasa takut kepada Allah, mengetahui keutamaan Qiyamul Lail serta memiliki kecintaan kepada Allah dan iman yang kuat.

Sementara, Pengasuh Komunitas Pecinta KH. Sholeh Darat (Kopisoda) Semarang Muh. In’amuzzahidin masih dalam kegiatan yang sama menjelaskan bahwa jenis tasawuf yang dipelajari oleh Kiai Sholeh Darat adalah tasawuf sunni. Hal tersebut nampak pada pemaparan kaidah-kaidah tasawuf yang senantiasa diiringi dengan Al-Qur’an dan hadits.

Tentunya, apa yang telah dipaparkan oleh Kiai Sholeh Darat tidak jauh berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh Imam Al-Ghazali. Selain itu, dibalik banyaknya karya-karya Kiai Sholeh Darat banyak yang merujuk kepada ilmu dan dasar pengetahuan dari Imam Al-Ghazali juga. Lebih dari itu, banyak tokoh-tokoh ulama yang menjuluki Kiai Sholeh Darat sebagai perumpamaan Imam Al-Ghazali-nya tanah Jawa.

Hingga pada suatu waktu terdapat cerita, ada beberapa santri yang kala itu melihat Kiai Sholeh Darat sedang kedatangan seorang tamu. Kiai Sholeh Darat yang sebelumnya tidak pernah mengantarkan tamu hingga ke pinggir jalan raya kini nampak berbeda. Pasalnya, para santri malah melihat kiai mereka sedang mengantarkan sang tamu sampai ke pinggir jalan.

Hal tersebut tentunya membuat para santri cukup kaget, siapakah gerangan tamu spesial yang membuat Kiai Sholeh Darat mengantarkan kepulangan mereka hingga ke pinggir jalan raya?. Usul punya usul, menurut cerita tamu tersebut ternyata Imam Al-Ghazali yang tengah berkunjung ke rumah beliau untuk memberi restu menulis kitab Munjiyat.

Selain jenis tasawuf sunni, Kiai Sholeh Darat juga mempelajari tasawuf amali yang terbukti dengan karya-karya yang sangat aplikatif. Didalamnya juga terdapat suatu pendapat yang semakin menegaskan bahwa Kiai Sholeh Darat tidak pernah sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Syekh Siti Jenar.

Masih dalam kitab yang sama, beliau juga menjelaskan tentang orang awam yang melakukan zina dengan mencuri itu lebih baik daripada orang yang mengikuti ilmu yang tidak bener akal dan sumbernya. Karena wajibnya orang awam itu hanyalah sebatas menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya.

Begitu detailnya setiap karya dari Kiai Sholeh Darat terlihat bagaimana beliau menganalogikan zina itu lebih baik sebagai bentuk kekhawatiran terhadap orang-orang yang belajar ilmu tasawuf falsafi bisa saja terjerumus dalam dunia syirik. Dimana seperti yang telah diketahui, dosa syirik merupakan dosa yang tidak terampuni oleh Allah SWT.

Rahasia wudhu juga sempat dibahas didalam kitab beliau, yang sedikir banyak memaparkan tentang kenapa Allah SWT menyuruh umat Islam untuk membasuh wajah ketika berwudhu. Ternyata dibalik itu terdapat alasan yang sangat kuat, pasalnya wajah merupakan penampakan pertama yang dilihar dari orang lain.

Dari wajah itulah, akan ada sesuatu yang mungkin saja turun ke hati. Tentunya, hal itu memungkinkan kita untuk sejenak melupakan Allah SWT karena terpesona dengan wajah lawan jenis yang mungkin sedang diajak berbicara. Itulah mengapa, wajah merupakan aurat yang tidak boleh dilihat atau dipamerkan kepada sembarangan orang.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI