Mengulik Sejarah dan Tradisi Siraman Sedudo di Nganjuk
- Maret 4, 2022
- 11:28 pm

Jika berkunjung ke Kabupaten Nganjuk tak lengkap rasanya jika tidak mampir ke salah satu destinasi wisata alam yang namanya sangat tersohor hingga ke kancah Nasional ini. Banyak pelancong dari berbagai daerah rela menempuh perjalanan yang cukup panjang hanya untuk bisa menikmati keindahan panorama alam yang disuguhkan oleh air terjun Sedudo yang terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk tersebut.
Air terjun yang memiliki ketinggian 105 meter ini merupakan sebuah air terjun sekaligus objek wisata yang memiliki fasilitas cukup lengkap dengan jalur transportasi yang juga mudah diakses. Kawasan yang berada di lereng gunung wilis ini memang menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjungnya, ada beberapa yang datang hanya untuk bermain namun tak sedikit para pengunjung yang datang karena penasaran akan ceritas mistis dan mitos yang melekat pada air terjun ini.

Banyaknya mitos yang berkembang saat ini memang tak terlepas dari cerita-cerita pada zaman kerajaan dahulu yang menyebutkan bahwa kawasan sekitar air terjun Sedudo merupakan kawasan yang suci. Bahkan, bagi masyarakat yang bermukim di area tersebut mempercayai bahwa airnya mengandung kesucian.
Karena itulah, hingga saat ini upacara-upacara adat yang di gelar di kawasan air terjun Sedudo masih kerap dilakukan. Bukan tanpa alasan, tidak hanya untuk mempertahankan nilai sejarah yang melekat pada air terjun Sedudo tetapi lebih dari itu merupakan cara pemerintah setempat untuk menarik lebih banyak wisatawan sebagai ajang memperkenalkan tradisi dan budaya Kabupaten Nganjuk.
Pagelaran upacara adat yang digelar di air terjun Sedudo tak lain merupakan salah satu simbol pelestarian dari nilai-nilai sosial sebagai wujud tanda atau jati diri dari Desa Ngliman. Lebih dari itu, pagelaran ini mampu mencerminkan simbol-simbol toleransi, kerukunan, kekeluargaan, kebersamaan serta kasih sayang antar masyarakat.
*Asal Usul Air Terjun Sedudo
Banyak mitos dan cerita yang berkembang di masyarakat terkait sejarah dan asal-usul air terjun Sedudo ini. Cerita rakyat yang diceritakan dari mulut ke mulut, kerapkali mengakibatkan terjadinya perbedaan dan perubahan sudut pandang cerita.
Namun, cerita rakyat yang santer terdengar adalah konon pada zaman kerajaan Kediri, hiduplah seorang putri raja yang kala itu tengah menderita penyakit yang aneh. Banyak yang mengatakan penyakit yang diderita putri raja itu sejenis penyakit cacar tapi sangat menjijikan.
Lalu, raja mengutus putrinya untuk mencari obat ke sebuah padepokan yang terletak di daerah Pace. Tak lain, pemilik padepokan tersebut adalah teman dekat dari raja. Disitulah raja memberikan perintah kepada pemilik padepokan untuk menyembuhkan dan menyembunyikan identitas putrinya dari warga sekitar.
Sejak tinggal di padepokan, akhirnya sang putri mulai rutin mandi di bawah guyuran air terjun Roro Kuning. Tak butuh waktu lama, dengan rutin mandi di air terjun Roro Kuning akhirnya sang putri berangsur sembuh. Luka cacar yang menyebar di seluruh tubuhnya mulai membaik, hingga terpancarlah kecantikan wajah sang putri.
Melihat kecantikan sang putri, membuat kedua anak laki-laki pemilik padepokan terpesona. Mereka berdua nampak jatuh cinta dengan sang putri yang kini telah sembuh dari penyakitnya. Tak lama, mereka telah mengetahui bahwa sang putri yang kini tengah berobat di padepokan milik ayahnya itu adalah seorang putri raja dari kerajaan Kediri.
Namun naas, perjalanan cinta kedua pemuda tersebut kandas ditengah jalan. Pasalnya, sesaat setelah berhasil sembuh dari penyakitnya, sang putri harus kembali ke kerajaan Kediri dan menerima perjodohan yang telah yang telah disiapkan oleh sang raja. Lantas, perjodohan yang dilakukan oleh sang raja membuat kedua pemuda itu patah hati.
Berhari-hari bahkan berbulan-bulan kedua pemuda itu tak keluar rumah, mereka hanya mengurung diri di kamar masing-masing. Seakan merasakan sakit hati yang sangat hebat, kedua pemuda itu hingga tak mau bertemu dengan orang sekitar.
Sakit hati kedua pemuda ini tak hanya berhenti disitu, sikap dan perilaku yang sangat berbeda kini dinampakkan saat mereka berdua memutuskan untuk mulai keluar dari rumahnya. Kedua pemuda yang dulu dikenal memiliki sikap sopan santun kini telah banyak berubah.
Sebelumnya, kedua pemuda ini sangat ramah saat bertemu orang lain. Suka menyapa dan murah senyum tanpa memandang latar belakang dari lawan bicaranya. Namun, semenjak ditinggal sang putri, sikap sopan dan santu kedua pemuda itu tiba-tiba hilang.
Sang ayah yang merupakan pemilik padepokan mulai jengkel melihat perilaku kedua putranya yang kini berubah. Lalu, ia mengutus kedua anaknya itu untuk bersemedi sambil melupakan jalinan cinta dengan putri dari raja Kediri yang telah berakhir.
Kedua pemuda itu akhirnya menyetujui keputusan sang ayah untuk melakukan semedi. Namun, tak disangka sebelum melakukan semedi, mereka mengucapkan ikrar atau janji yang cukup mengejutkan. Dimana sang kakak mengucapkan ikrar akan hidup melajang sedangkan sang adik mengucap ikrar bahwa ia tidak akan pernah berperilaku sopan santun lagi kepada orang lain.
Diketahui, sang kakak bertapa di sebuah air terjun tertinggi yang kini diberi nama air terjun Sedudo yang berasal dari kalimat “sing ora mendudo” dengan arti yang melajang. Sedangkan sang adik bertapa di air terjun Singokromo yang berasal dari “sing ora kromo” dan berarti tidak memiliki sopan dan santun. Diketahui, air terjun Singokromo ini berada tepat dibawah air terjun Sedudo.
Meskipun banyak versi cerita, masyarakat Nganjuk tetap berpegang teguh bahwa apapun mitos yang menyelimuti air terjun ini, air terjun Sedudo tetaplah air terjun yang wajib dilindungi dan dilestarikan sebagai salah satu saksi perjalanan sejarah Kabupaten Nganjuk.
*Upacara Adat
Karena lokasi dan air yang dianggap suci, sejak zaman dahulu air terjun Sedudo tak jarang digunakan sebagai tempat penyucian senjata atau bahkan arca-arca. Sisa air yang digunakan untuk membersihkan senjata atau arca ini akan dipercikkan kepada orang-orang hadir untuk mendapatkan keberkahan, keselamatan dan awet muda.
Diketahui, upacara ini dinamakan upacara prana prahista namun kini lebih dikenal dengan sebutan siraman Sedudo. Kini, upacara tersebut menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat setiap tanggal 1 Suro di penanggalan Jawa atau lebih tepatnya setiap tanggal 1 Muharram.
Menurut Prita Ayuningtyas dan Luchman Hakim dalam jurnal yang berjudul “Etnobotani Upacara Penyambutan Bulan Sura di Komplek Wisata Alam : Air Terjun Sedudo” (2014), merupakan hal sangat penting bagi generasi muda mengetahui makna dan simbol kebudayaan yang terkandung kegiatan upacara siraman Sedudo ini. Dimana didalamnya terdapat simbol adanya tarian sakral, para gadis penari yang berambut panjang sebagai tanda sembah mohon doa restu hingga melibatkan Bupati Nganjuk yang bertugas membawa klenting atau kendil.
Dimana, klenting tersebut dibawa menuju ke bawah air terjun Sedudo dan diserahkan kepada para pemuda perjaka yang bertugas untuk mengisi klenting itu dengan air. Setelah terisi air, klenting itu selanjutnya di serahkan kepada para gadis yang memiliki simbol sebagai putri. Lalu, klenting tersebut diserahkan kepada sang juru kunci yang bertugas untuk menyimpan air suci itu di makam desa yang telah di tuakan dan di keramatkan oleh masyarakat Desa Ngliman.
Secara garis besar terdapat beberapa poin penting selama proses siraman Sedudo berlangsung, yakni tanggal pelaksanaan setiap malam satu suro, air suci, tabur bunga, para penari yang diambildari gadis perawan berambut panjang serta pemuda yang masih perjaka, rambut gombak, terdapat banyak jajanan pasar, gamelan, sinden serta adanya sesajen.
Penari yang berstatus perawan dan perjaka disini bermakna harus masih dalam keadaan “perawan sunti” tau belum “kejamas joko kumala kala”, yang mengartikan bahwa perempuan terebut belum pernah tersentuh oleh pria dan begitupun sebaliknya dengan makna perjaka.
Konon, menurut cerita dahulu kawasan air terjun Sedudo ini merupakan tempat yang digunakan oleh salah satu tokoh penyebar agama Islam di Nganjuk yakni Ki Ageng Ngaliman untuk bertapa. Selain itu, karena airnya yang dianggap suci, banyak masyarakat yang percaya bahwa dengan mandi di bawah guyuran air terjun Sedudo bisa membuat lebih awet muda.
Hal itu dikarenakan, adanya mitos yang berkembang di masyarakat bahwasanya air terjun Sedudo ini konon dipakai sebagai tempat mandinya para dewa yang bersemayam, itulah sebabnya kenapa air terjun ini tidak pernah mengering. Meskipun memasuki musim kemarau, air terjun Sedudo tetap mengeluarkan debit air yang cukup deras hingga terdengar suara dentuman air yang indah.
Namun, bagi para pengunjung yang datang tak serta merta berlenggang saat berwisata di air terjun ini. Pasalnya air terjun yang berada pada ketinggian 1.438 meter diatas permukaan laut ini memiliki beberapa pantangan yang wajib diketahui dan dihindari.
Pantangan-pantangan tersebut diantaranya seperti dilarang keras berbuat asusila, membuang sampah sembarangan, dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Selain itu, terdapat satu pantangan yang hingga kini masih dipegang oleh masyarakat sekitar yakni apabila pengunjung menemukan sesuatu benda pusaka seperti keris atau permata, maka para pengunjung dilarang keras membawa pulang benda-benda tersebut.
Dimana masyarakat sekitar mempercayai bahwa benda-benda tersebut memiliki hubungan dengan para dewa atau leluhur yang berdiam di area kawasan air terjun Sedudo tersebut. Dengan tidak membawa barang-barang pusaka dari air terjun merupakan perwujudan dari sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama makhluk.
Selain siraman Sedudo, juga terdapat tradisi yang tak kalah penting yakni tradisi jamasan pusaka. Dimana, tradisi jamasan pusaka ini biasanya di gelar di kantor Desa Ngliman dengan prosesi mencuci pusaka-pusaka seperti keris, tombak serta pusaka-pusaka peninggalan kerajaan lainnya.
Baca juga
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan