Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
wayang kulit indonesia
tokoh wayang kulit Bima /Foto: museumnusantara.com

SANTRI KERTONYONOWayang kulit lakon Bima Suci atau Dewa Ruci  menjadi salah satu cerita favorit dari epos Mahabarata. Dalam kisah wayang kulit Bima Suci, Bima atau Werkudara atau Bratasena diceritakan tengah mencari tirta prawitasari atau air suci kehidupan.

Bima merupakan putra Pandu Dewanata dan Dewi Kunti. Dalam trah Pandawa, ia adalah adik Puntadewa dan sekaligus kakak Arjuna, Nakula serta Sadewa. Di dalam pagelaran wayang kulit, perawakan Bima selalu digambarkan gagah tinggi besar.

Setiap dalang wayang kulit selalu membawakannya dengan suara berat. Watak Bima menakjubkan. Selain pemberani, Bima juga memiliki pendirian yang teguh, kuat, tabah, patuh, serta jujur.

Dalam penampilan, model pudaksategal menjadi gelungnya. “Pendek di depan dan menjulang tinggi/luhur di belakang”. Pupuk jarot asem pada dahi menggambarkan betapa lembut hati Bima. Sumping surengpati pada telinga melambangkan semangatnya yang senantiasa menyala.

Kelat bahu (hiasan lengan) candrakirana melukiskan kekuatan pikiran sekaligus hatinya yang selalu terus terang. Ikat pinggang nagabanda yang dikenakan berlambang bisa mengendalikan nafsu, termasuk kain poleng (Bintuluaji) hitam putih.

Penampilan wayang kulit Bima juga tak lepas dari celana cinde udaraga yang diterjemahkan senantiasa tahu diri. Dalam lakon wayang kulit Bima Suci, Resi Durna atau Drona berusaha memanfaatkan watak patuh Bima kepada guru dan orang tua.

Saking patuhnya, Bima tak menyadari bahwa perintah Resi Durna untuk mencari air kehidupan hanyalah jebakan. Dalam pencarian air suci Bima akan menghadapi berbagai rintangan berat. Durna yang memihak Kurawa berharap Bima akan menemui ajalnya.

Bima berangkat dengan semangat suka cita. Air mata saudara-saudaranya yang menginginkan untuk tidak pergi karena tahu kelicikan Kurawa, tak diindahkannya. “Bima lebih baik mati dari pada menentang gurunya (Resi Durna)”.

Dalam lakon wayang kulit Bima Suci, Bima menyatroni gunung Candradimuka. Namun air kehidupan yang dicari tidak didapatkan. Justru ia berhadapan dengan raksasa Rukmuka dan Rukmakala yang mendiami gua.

Seperti yang diharapkan Resi Durna dan Kurawa, kedua raksasa sakti itu akan murka dan lalu mengganyang Bima. Namun bukannya terbunuh, kedua raksasa tersebut justru, dibikin Bima babak belur.

Kendati demikian Bima sedih. Setelah isi gua diobok-obok, air suci kehidupan yang dicari tetap tak ada. Kembali mengikuti petunjuk resi Durna, Bima yang tidak tahu kalau dikibuli, mendatangi samudera.

Ia tak memedulikan bahaya gelombang besar. Demi merengkuh air suci kehidupan serta patuh terhadap sang guru, dalam lakon wayang kulit Bima Suci, Bima menjajaki dasar samudera.

Di dasar samudera ia bertemu naga raksasa yang langsung menyerangnya. Bima dibelit erat-erat oleh naga penjaga samudera hingga menyisakan bagian leher. Putra Pandu Dewanata itu tidak berkutik.

Dalam keadaan kritis, Bima diselamatkan oleh kuku Pancanaka. Ketajaman Pancanaka berhasil merobek tubuh naga samudera hingga raksasa laut itu binasa. Pada saat itulah di hadapan Bima muncul Dewa Ruci.

Bima yang bertubuh besar masuk ke dalam Dewa Ruci yang kecil melalui telinga kiri. Dalam lakon wayang kulit, Dewa Ruci memberi Bima wejangan tentang kenyataan hidup. Bahwa air suci kehidupan yang dicari ada di dalam diri sendiri.

“Manusia bagaikan wayang. Dalang yang memainkan segala gerak-gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak dan dunia merupakan panggungnya”.

Dalam lakon wayang kulit Bima Suci, kehadiran Dewa Ruci yang memberi wejangan kepada Bima sebagai pertanda suci. Bahwa ikhtiar yang dilakukan Bima adalah ikhtiar suci yang direstui semesta.

Masuknya Bima ke dalam Dewa Ruci adalah bersatunya kawula dan gusti. “Ia menjadi satu dengan yang suci. Bima telah mencapai kasunyatan yang sejati”. Lalu, apa kontekstual kisah lakon Bima Suci dengan perjalanan karir Anies Baswedan?. Apa makna lakon wayang kulit Bima Suci dengan perjalanan hidup Anies Baswedan?.

Pagelaran wayang kulit dengan lakon Bima Suci tengah dipentaskan di Desa Sambironyong, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pentas wayang kulit dengan dalang Ki Agung Budi Dewanto ini merupakan rangkaian acara nguri-nguri budaya oleh Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara (KPSBN).

Sejak bulan September 2022 hingga sekarang, KPSBN dengan pembinanya Anies Baswedan menggelar safari wayang kulit di Magetan bersama Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi). KPSBN berdiri sejak tahun 2015 di mana sejak itu terus menggelar acara pentas wayang kulit.

Acara yang melibatkan para dalang lokal itu mengusung tema Merajut Kearifan Loka Membangun Jati Diri Bangsa. “Mirsani wayang kulit sareng bopo Anies Baswedan,” kata Ketua Pepadi Magetan Ki Muslimin Ari Wibowo.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI