Lakon Wisanggeni Gugat dan Takdir Wahyu Katentreman Anies Baswedan
- November 12, 2022
- 8:53 am

SANTRI KERTONYONO – Perang Baratayuda tak bisa dielakkan lagi setelah Prabu Duryudana ngotot menolak menyerahkan bulat-bulat Kerajaan Astina kepada Pandawa. Duryudana meminta syarat.
Ia mau melepas tahta Astinapura, asalkan dibarter dengan pusaka Wahyu Gadainten atau Wahyu Katentreman yang jatuh kepada pihak Pandawa. Jarum jam telah menunjukkan pukul 02.00 Wib dini hari.
Hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Magetan sejak sore, mulai reda dan berganti kabut tebal. Para penikmat wayang kulit masih menjejali lapangan Desa Purwosari, Kecamatan/Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Separuh lebih dari 400 kursi penonton masih diduduki. Mereka belum juga beranjak dari lokasi pentas wayang kulit yang menghadirkan tiga bintang tamu, yakni Eka Uget Uget, Apri dan Mimin.
Begitu juga dengan para pedagang kecil yang menjajakan kopi, teh, jahe, gorengan dan sebagainya. Mereka masih bertahan di lokasi pagelaran wayang kulit. “Kalau nggak hujan, penonton yang datang bisa lebih membludak,” tutur koordinator acara wayang kulit Magetan Bayu Seta yang sekaligus pengurus Komunitas Pelestari Seni dan Budaya Nusantara (KPSBN) Kamis (10/11/2022) malam.

Pentas wayang kulit di Magetan pada Kamis malam (10/11) itu, merupakan acara penutupan safari kebudayaan yang digelar KPSBN. KPSBN menggelar pentas wayang kulit secara marathon sejak akhir bulan September,.
Pagelaran wayang kulit yang ke-21 itu bersamaan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November. Sejak berdiri pada tahun 2015, KPSBN yang menjadi binaan Anies Baswedan terus nguri-nguri budaya nusantara, khususnya Jawa.
Di atas panggung, dalang Ki Jalu Tomo Pandoyo terus memainkan lakon Wisanggeni Gugat. Paska limbukan yang diwarnai riuh gelak tawa, lalu undian doorprize untuk penonton, lakon yang dimainkan bergulir semakin panas.
Duryudana dan Bima dihadap-hadapkan. Cempurit atau tangkai wayang kulit Duryudana atau Suyudana berada di tangan kiri Ki Jalu. Sedangkan Bima ada di tangan kanan. Kurawa dan Pandawa siap berduel.
Bima menolak tawaran barter yang diajukan Duryudana. Daripada menyerahkan wahyu katentreman kepada Kurawa, putra Pandu Dewanata itu memilih mengadu jiwa.
Lakon Wisanggeni Gugat bercerita tentang Bambang Wisanggeni yang menuntut Kurawa mengembalikan Kerajaan Astina kepada Pandawa. Dalam perjuangannya Wisanggeni memperoleh wahyu katentreman.
Dengan adanya wahyu katentreman itu, dewa telah menakdirkan Pandawa sebagai pemimpin yang mampu membawa rakyat dalam situasi tentram, adil makmur dan sejahtera.
Namun dewa juga telah menggariskan, bahwa semua itu harus dilalui dengan perang baratayuda. Atas kehendak dewata pula, Wisanggeni yang terlampau digdaya, absen dalam Baratayuda. Putra Arjuna itu tidak diijinkan terjun ke kancah Tegal Kurusetra.
Tempo gamelan yang ditabuh wiyaga terdengar semakin cepat. Kurang lebih 15 orang yang memainkan irama gamelan itu merupakan dalang. Dalam goro-goro dengan melalui percakapan petruk dan bagong, Ki Jalu Tomo Pandoyo bercerita bagaimana dirinya bersama rombongan dalang pernah bertamu ke rumah Anies Baswedan di Lebak Bulus, Jakarta.
Di rumah dengan pendopo yang berasal dari ndalem Kiai Ageng Kasan Besari Ponorogo itu, mereka diterima Anies Baswedan dengan tangan terbuka. “Ora mbedak-mbedakke. Kabeh dirangkul podo, kabeh disama rata (Tidak dibeda-bedakan. Semua dirangkul sama, semua disama rata). Terima kasih Pak Anies Baswedan,” kata Ki Jalu.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia) Magetan Ki Muslimin Ari Wibowo. Ia berharap safari kebudayaan KPSBN bisa terus berlanjut. Pentas wayang kulit tidak hanya digelar di Magetan, melainkan bisa berlanjut di seluruh Indonesia, khususnya Jawa.
“Harapannya acara safari kebudayaan yang digelar KPSBN bisa terus berlanjut se Indonesia. Kami para dalang di Magetan mengucapkan terima kasih kepada bapak Anies Baswedan,” tutur Ki Muslimin.
Baca juga
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara