Kirun, “Wali” Seniman Lawak Tanah Jawa

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
Mbah Kirun Shooting bersama sakti tv madiun, Depot Seni Kirun Bagi Madiun, Kec. Madiun, Kabupaten Madiun, Jawa Timur /Foto: instagram-@cakkirun_official

KIRUN memiliki sentuhan tangan emas. Terutama bagi seniman tradisional pemula. Mereka yang meniatkan diri disentuh, jalan nasibnya akan berubah cemerlang.

Dari sekian pelaku seni tradisi di Jawa Timur dan Jawa Tengah, Cak Percil salah satunya. Kirun menemukan pelawak yang bernama lahir Deni Afriandi di sebuah hajatan kecil di Banyuwangi, Jawa Timur.

Pulang dari Pulau Bali, Cak Percil yang “balik kucing” menekuni dunia dagelan, ikut berpentas di sebuah acara hajatan. Usia Cak Percil waktu itu terbilang paling kecil. Namun mata Kirun yang jeli, dapat membaca talentanya. Cak Percil pelawak komplit. Joke-jokenya segar. Terampil menari, piawai menembang Jawa serta campursarian.

Kirun lantas memberi uang Rp 350 ribu dan meminta Cak Percil membeli handphone bekas. Dengan komunikasi yang ngayomi, Kirun meminta Cak Percil datang ke rumahnya di Madiun, Jawa Timur.

“Dua hari ngelawak lalu ketemu abah Kirun,” tutur Cak Percil mengenang kisahnya di chanel youtube pelantun lagu Los Dol Denny Caknan.

Cak Percil “nyantri” sepuluh tahun di Depot Seni Kirun Cs. Berbagai seluk beluk ilmu perndagelan serta pengalaman panggung, ia serap dalam-dalam. Setiap datang job, Kirun juga melibatkannya. Bagaimana setiap pra pentas harus melakukan riset, Cak Percil banyak mengangsu dari Depot Seni Kirun Cs.

Lepas dari Kirun, Cak Percil menggandeng Cak Hengky untuk mendirikan grup dagelan Guyon Maton (2013). Jalan nasibnya berubah. Seiring job yang melimpah, popularitasnya berkibar-kibar. Semua itu berkat sentuhan tangan emas Kirun. Di Madiun 12 Agustus 1959, Kirun lahir dengan nama Syakirun. Pulang dari tanah suci, ia menyempurnakan namanya menjadi Haji Mohammad Syakirun.

“Niki pelawak sing jenenge disebut Quran. Syakirun. (Ini pelawak yang namanya disebut Alquran),” kata Gus Miftah dalam channel youtube Cak Percil Real.

Kirun tumbuh tanpa pendampingan orang tua. Baru berumur satu tahun, ibunya meninggal dunia. Dua tahun berikutnya, giliran ayahnya menyusul tutup usia. Kirun berkembang sebagai bocah yatim piatu. Ia diasuh neneknya yang menggantikan posisi orang tuanya.

Sedari kecil Kirun sudah mengakrabi kesenian ketoprak dan ludruk, dan sangat mencintainya. Pada tahun 1977. Saking cintanya pada seni tradisi, Kirun nekat meninggalkan bangku sekolah dasar. Saat itu masih duduk di bangku kelas dua SD dan ludruk Garuda Sakti pimpinan Sunari tengah berpentas di Caruban, Kabupaten Madiun.

Kirun memutuskan bergabung dengan ludruk tobong (Berkeliling) tersebut. Jalan hidupnya berliku. Menginjak usia 20 tahun (1979), Kirun mencoba peruntungan sebagai pedagang kain. Ia berdagang di Sorong, Provinsi Papua. Di sela kesibukannya Kirun tetap menyempatkan diri berkesenian. Para perantau dari Jawa yang berada di Papua ia kumpulkan.

Kirun kemudian mendirikan paguyuban Krido Wiromo. Di organisasi seni itu, berbagai kegiatan seni tradisi ia hidupkan. Ketoprak, Ludruk, Jaranan, Reog, Wayang kulit dan Wayang orang, ia hidupkan.

Pada tahun 1981. Pangdam XVII Cendrawasih Kolonel Inf Pratiknyo meminta Kirun boyong ke Jayapura. Selama dua tahun ia diminta menahkodai grup ludruk dan wayang orang Wijaya Kusuma.

Pada tahun 1982, Kirun kembali ke tanah Jawa dan mendirikan grup ludruk Gaya Muda di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Saat itu usianya baru 22 tahun. Setahun kemudian ia pulang ke Kabupaten Madiun dengan membawa serta grup Gaya Muda. Gaya Muda hanya berumur pendek. Sebagai gantinya, pada tahun 1984 Kirun mendirikan grup ludruk baru dengan nama Mayangsari.

Kirun dan grup Mayangsari mengisi acara sandiwara radio di RRI Madiun selama dua tahun. “Berhenti dari dunia tobong dan berdiam di rumah pada tahun 1984,” kata Kirun dalam percakapan bertema Kirun-Komeng Reunian 90-an di channel youtube H.M Syakirun.

Pada tahun 1986, ia memulai mendirikan sanggar seni Kirun Cs yang kelak berganti Depot Seni Kirun Cs. Seiring berjalannya waktu, bersama Bagio dan Kholik, lawakan Kirun banyak menghiasi layar kaca. Di TVRI Surabaya mereka mengasuh acara Depot Jamu Kirun dan Ketoprak Kahuripan.

Baca juga : Siraman Gong Kiai Pradah, Cara Orang Blitar Rayakan Maulid Nabi 

Di sejumlah televisi swasta ada Al Kirun Lampu Petromak, Ludruk Hoki, Kirun Cs dan Ludruk Bintang Timur. Setiap banyolan-banyolannya selalu viral. Kirun Cs merambah ibukota.

“Tahun 1990 bertemu Bang Komeng di sebuah acara televisi swasta,” kata Kirun.

Di Jakarta, nama Kirun yang tenar dengan cepat masuk ke dalam lingkaran pelawak ibukota dan sejumlah artis terkenal. Di channel youtube H.M Syakirun, ia menyebut nama Adi Bing Slamet, Mastur, Ginanjar, Dicky Candra, Dede Yusuf, dan Rudi Salam.

“Andre Taulani masih, heeee,” seloroh Kirun untuk menyebut nama Andre Taulani saat itu belum dikenal di dunia komedi. Pelawak Komeng mengiyakan testimoni Kirun. Di channel youtube yang sama. Komedian yang kondang dengan jargon “uhuy” itu, juga menyebut Kirun menaungi para pelawak ibukota.

“Tidak hanya kita kita yang ada di Jakarta. Abah Kirun ini juga menaungi yang ada di Jawa Timur, Jawa Tengah. Semoga terus sukses,” kata Komeng. Kirun yang kemudian memilih menetap di Madiun tidak berhenti mementori pelawak-pelawak tradisional muda. Depot Seni Kirun Cs yang kemudian berganti nama Padepokan Seni Kirun terus menelurkan seniman-seniman muda.

Rumahnya terbuka 24 jam untuk mereka yang berminat belajar seni tradisi. Selain Cak Percil, ada Cak Yudo Bakiak, Kanthi, Yadek, Sandirono, Sentot, Tarti dan banyak lainnya.

Semuanya hasil sentuhan tangan emas Kirun. Kirun juga yang memulai tradisi pagelaran wayang kulit berkolaborasi dengan dagelan tradisi.

Di setiap lawakannya, Kirun juga membiasakan menyelipkan syiar agama Islam ke dalam materi dagelan yang disampaikan. “Niki kulo mastani transformasi soft landing. Dari pelawak panggung menjadi kiai panggung (Ini yang saya artikan perubahan soft landing),” kata Gus Miftah dalam channel youtube Cak Percil Real.

Menurut Kirun, cara melestarikan budaya Indonesia adalah dengan mencintainya. Baginya, sudah seyogyanya bakat berkesenian diwariskan kepada generasi penerus. Ia berpendapat, bila generasi tua sudah tidak ada, kesenian tradisional tetap terjaga.

“Salah satu caranya adalah dengan mencetak seniman-seniman tradisional baru,” kata Kirun dalam chanel youtube Inspirasi Jawa Tengah.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI