Kapan Sebenarnya Islam Masuk ke Tanah Jawa?
- Februari 20, 2022
- 8:23 pm

Sejak dahulu, Jawa selalu berhasil memikat banyak pihak untuk dijadikan sebagai bahan penelitian. Daya pikat itu juga menyasar para peneliti asal Indonesia, bahkan peneliti yang berasal dari luar negeri pun banyak yang memberi perhatian khusus pada upaya membongkar sejarah di balik kisah Jawa.
Apabila dilihat lebih dalam, ada beberapa faktor yang membuat Jawa selalu terlihat mempesona hingga banyak peneliti yang berdatangan. Tak sedikit unsur yang bisa di teliti di Jawa, Jawa kaya akan budaya dan sejarah. Sampai kapanpun, Jawa akan selalu menarik untuk diteliti.
Islam yang tak lain adalah agama mayoritas penduduk Jawa ini cukup terbilang cepat dalam perkembangannya. Beberapa pusat keagamaan serta lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren cukup menjamur dan kiprahnya sangat masyhur di mata masyarakat. Bahkan, organisasi-organisasi Islam juga turut didirikan seperti salah satunya Nahdaltul Ulama dan Muhammadiyah.

Salah satu hal yang cukup menarik perhatian para peneliti adalah kapan sesungguhnya mulai masuk Islam ke tanah Jawa. Banyak perdebatan yang bahkan hingga sekarang tak kunjung usai hanya untuk mengungkap kebenaran tersebut. Kesulitan dan kendala menelisik sejarah Islam di tanah Jawa merupakan hal yang seringkali dijumpai oleh para peneliti.
Menurut Kamil Hamid Baidawi dalam bukunya Sejarah Islam di Tanah Jawa, salah satu kendala yang dikemukakan oleh para ahli mengenai betapa sulitnya mengetahui kapan Islam masuk ke tanah jawa adalah tidak adanya catatan peninggalan secara tertulis yang dapat menunjukkan periode-periode awal masuknya Islam di tanah Jawa.
Hal itu diperparah dengan menjamurnya sumber-sumber sejarah yang dinilai kurang akurat juga semakin menyulitkan para peneliti untuk menguak periode-periode paling awal saat Islam masuk di Jawa. Untuk sedikit membuka tabir tersebut. Ada beberapa periode yang sudah terlacak dengan sumber-sumber yang akurat.
1. Tahun 1082 M
Menurut J.P. Moquette, Islam sudah masuk ke Jawa kisaran pada tahun 1082. Namun naas, pendapat J.P Moquette ditentang oleh beberapa ahli sejarah yang lain, hal itu dikarenakan data dan bukti sejarah yang diajukan oleh J.P Moquette dinilai sangat lemah.
Namun, Moquette tetap teguh dengan pendapatnya yang bisa ia buktikan dengan adanya penemuan tentang prasasti berupa batu nisan di daerah Leran masuk wilayah Gresik. Pada batu nisan tersebut nampak bertuliskan nama seorang perempuan serta tahun saat kematiannya, yakni Fatimah binti Maimun yang meninggal dunia pada tahun 475 H atau tahun 1082 M.
Diketahui, nama Leran atau Liran sendiri adalah nama sebuah tempat di Persia. Sedangkan, Fatimah binti Maimun diperkirakan adalah seorang keturunan Raja Hibatullah atau merupakan keturunan dinasti yang kala itu berkuasa di Liran, Persia.
Tentunya, penemuan batu nisan seorang muslimah bernama Fatimah binti Maimun yang berangka 1082 M itu menjadi magnet perhatian dan spekulasi bagi para peneliti dan sejarawan. Bagi Moquette, pada tahun 1082 M-lah, merupakan periode dimana Islam telah ada di Jawa atau mungkin pada tahun-tahun itulah Islam mulai masuk ke Jawa untuk pertama kalinya.
Namun, lagi-lagi hasil penemuan Moquette dinilai tidak kuat. Beberapa peneliti lain menganggap bahwa penemuan batu nisan tersebut tidak menunjukkan bukti apapun terkait masuknya Islam di Jawa karena tidak ada bukti ataupun pendukung lain yang turut menguatkan.
Beberapa spekulasi muncul mendasari bagaimana ada sebuah makam seorang muslimah di Gresik pada tahun tersebut. Spekulasi tersebut diantaranya seperti adanya dugaan bahwa perempuan tersebut merupakan salah seorang pedagang Arab yang berlabuh di Gresik dan kemudian meninggal dunia.
Karena tidak memungkinkan apabila jenazahnya dibawa kembali ke Arab dalam suatu pelayaran pulang, maka jenazah itu dimakamkan di Gresik. Karena apabila harus dibawa ke Arab tentunya akan memakan waktu yang sangat lama.
Spekulasi lain menyebutkan bahwa adanya kemungkinan bahwa perempuan tersebut memang merupakan seorang pendatang dari Arab yang sudah lama bermukim di Gresik. Lalu, saat meninggal, jenazahnya pun juga dimakamkan di Gresik.
Terlepas dari perbedaan pendapat para sejarawan terkait teori masuknya Islam pada tahun 1082 M atau sekitar abad ke-10 dan ke-11, dengan ditemukannya batu nisan seorang muslimah, secara tidak langsung telah membuktikan bahwa pada waktu itu masyarakat Gresik dan pulau Jawa pada umumnya sudah menjadi tempat bertemu dengan bangsa-bangsa lain.
2. Tahun 1368 M
Pendapat lain tentang masuknya Islam di tanah Jawa juga dikemukakan oleh L-Ch. Damais dan beberapa peneliti lainnya. Sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Moquette, Damais berpendapat bahwa Islam sudah dikenal dan dianut oleh masyrakat Jawa sekitar tahun 1368 M atau di awal abad ke-10.
Pernyataan Damais itu diperkuat dengan beberapa bukti yang ia ditemukan di makam-makam kuno di Trowulan dan Tralaya. Dimana, di makam-makam tersebut terdapat nisan yang bertuliskan ukiran-ukiran ayat suci Al-Qur’an. Di Trowulan sendiri terdapat makam yang terdapat tulisan 1368 M, sedangkan di Tralaya terdapat tulisan dengan tahun 1376 M.
Di dalam batu-batu nisan tersebut bahkan juga memuat tulisan ayat-ayat Alquran dan ditemukan sebuah ukiran berbentuk formula-formula yang shaleh. Makam yang ditemukan tak jauh dari situs ibu kota Majapahit ini kerapkali mengandung beberapa informasi penting yang juga ditulis dengan ayat suci Al-Qur’an.
Beberapa spekulasi akhirnya muncul untuk membuktikan kehadiran Islam pertama kali di tanah Jawa. Yang pertama, dillihat dari kehadiran batu nisan yang bertuliskan ayat-ayat suci al-Qur’an dimana kemungkinan besar orang-orang yang dikuburkan di tempa tersebut merupakan seorang muslim. Dengan begitu bisa ditark kesimpulan bahwa pada tahun 1368 M, masyarakat Jawa sudah mengenal dan memeluk agama Islam.
Lalu yang kedua tentang lokasi yang berdekatan dengan salah satu situs ibukota kerajaan, para peneliti menyebutkan bahwa ada kemungkinan besar orang-orang yang dimakamkan di lokasi tersebut adalah orang-orang terpilih dan di hormati. Ada menyebutkan, jika makam-makam itu adalah makam para punggawa dan anggota kerajaan.
Yang terakhir peneliti juga menemukan fakta bahwa kemungkinan orang-orang yang dikuburkan di lokasi itu adalah seorang muslim yang berasal dari penduduk lokal atau penduduk Jawa pribumi dan bukan warga pendatang. Hal itu merujuk pada tahun yang digunakan pada batu nisan adalah tahun Hijriah.
3. Tahun 1416 M
Tokoh B. J. O. Schrieke turut mengemukakan pendapat yang berbeda dari para peneliti sebelumnya. Schrieke berkeyakinan bahwa pada tahun 1416 M-lah Islam pertama kali masuk ke tanah Jawa. Hal itu merujuk pada argumen yang digunakan Schrieke, dimana menurut peneliti argumen tersebut didasarkan pada laporan berita yang ditulis oleh Ma Huan.
Diketahui, Ma Huan merupakan salah seorang petualang sekaligus sejarahwan asal China abad pertengahan yang kala itu banyak menuls tentang kota-kota di dunia yang pernah ia singgahi selama ia hidup.
Dalam salah satu petualangannya, Ma Huan yang juga dikenal sebagai muslim China ini pernah mengunjungi suatu daerah di pesisir Jawa dan hasil kunjungan itu di tulis hingga berbentuk laporan dalam sebuah buku yang berjudul “Peninjauan tentang Pantai-Pantai Samudra (Ying-yai Sheng-lan).
Buku yang diperkirakan ditulis pada tahun 1451 tersebut memuat bahwa di suatu daerah tepatnya di pesisir Gresik telah ada komunitas masyarakat muslim yang bermukim. Sebagian dari mereka berasal dari Arab, Persia, Gujarat atau India serta orang-orang China yang kala itu sudah menganut keyakinan Islam.
Namun, laporan yang dibuat oleh Ma Huan lagi-lagi dibantah oleh para peneliti. Para peneliti tersebut berkeyakinan bahwa laporan yang ditulis oleh Mahuan sebenarnya tidak menjelaskan tentang masuknya Islam di Jawa. Laporan tersebut tak lain merupakan sebuah penjelasan akan terbentuknya masyarakat komunitas muslim di Indonesia yang terdiri dari berbagai ras tersebut.
Belum diketahui secara pasti kapan sebenarnya Islam masuk di tanah Jawa. Bahkan, proses masuknya Islam pun tak mulus dan penuh liku-liku. Pada awalnya, banyak penduduk Jawa yang masih menganut keyakinan animisme-dinamisme serta agama Hindu-Budha. Awal mula kedatangan Islam pun adalah di pesisir pantai yang notabene banyak orang-orang asing yang datang melalui jalur perairan.
Namun, bisa dipastiikan bahwa era wali songo menandakan berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara yang digantikan dengan kebudayaan Islam. Secara garis besar, wali songo adalah sebuah simbol penyebaran Islam di Indonesia dan terkhusus di pulau Jawa. Hingga peranan wali songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa.
Baca juga
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara