Hadiri Kajian Tarawih di Masjid UGM, Anies Baswedan : Generasi Muda Harus Siap Hadapi Perubahan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
Anies Baswedan sedang memberikan kajian di Maskam UGM Yogyakarta (7/4/2022) /Foto: Screenshot youtube - Masjid Kampus UGM

santrikertonyonoSudah hampir 2 tahun pemerintah mengeluarkan larangan terkait pelaksanaan kegiatan yang mengumpulkan orang banyak atau banyak. Bahkan, dua kali bulan Ramadhan pun harus dilewati dengan banyak berdiam diri dirumah, tak bisa bersilaturahmi, bertemu kerabat hingga sholat pun harus dibatasi jumlah jamaahnya.

Masjid-masjid mulai dibanjiri jamaah yang telah lama merindukan kehangatan dan kebersamaan saat sholat Tarawih, tak terkecuali Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada ini. Masjid yang mampu menampung ratusan jamaah ini diserbu mahasiswa dan masyarakat serikat saat adzan isya’ mulai berkumandang.

Namun, tampak ada yang menonjol di antara ratusan jamaah yang mengisi masjid tersebut. Dengan menggunakan setelah jas berwarna abu-abu, kemeja putih dan tak lupa peci berwarna hitam, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan membaur menjadi satu dengan para jamaah untuk bersama-sama menunaikan ibadah shalat tarawih, Kamis (7/4/2022).

Kedatangan Anies ke Masjid Kampus UGM bukan tanpa alasan dan bukan sekedar menjadi jamaah sholat, pasalnya salah satu orang yang di gadang-gadang akan maju ke pemilihan presiden 2024 ini juga dipercaya untuk memberikan ceramah tarawih di depan puluhan jamaah yang hadir, mayoritas mahasiswa UGM itu sendiri.

Selain itu, kegiatan sholat tarawih ini juga diikuti oleh Pimpinan Takmir Masjid Kampus Dr. Rizal Mustansir, jajaran Takmir Masjid Kampus, Imam Masjid Kampus Dr. Muhammad Nur, jajaran pembina, civitas akademik dan seluruh jamaah yang hadir.

Saat menyapa segenap jajaran yang hadir, Anies mengaku sangat bersyukur karena berkesempatan untuk kembali ke kampus UGM. Tak lupa, Ia juga melempar kalimat-kalimat humor saat menyapa teman sebayanya yang kini telah menjadi dosen dan dekan di UGM.

Diawal sambutannya, orang nomor satu di Jakarta ini memuji kegigihan panitia kegiatan yang sangat rajin mengirimkan pesan singkat konfirmasi terkait kedatangan Anies ke UGM. “Lebih baik tiba-tiba datang daripada tiba-tiba batal” kurang lebih seperti itu yang dikatakan Anies yang lalu bersambut tepuk tangan dari jamaah.

Sebelum masuk kepada tema yang akan dibahas, Anies kembali menceritakan kisah-kisah masa kuliahnya dulu di UGM. Tentang sepeda dan motor yang dulu banya berjejer lalu kini telah berganti mobil-mobil yang memenuhi tempat parkir, hingga restoran cepat saji yang kala itu baru pertama kali bediri di dekat kampus.

Antusias Jamaah menghadiri kajian Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (7/4/2022) /Foto: sindonews.com

Tokoh yang juga memiliki selera humor tinggi ini berhasil mengundang gelak tawa para jamaah, dimana ia menceritakan secuil bagian dari kisah hidupnya saat menjadi aktivis aktivis. Garis waktu semakin diundur jauh ke belakang, tokoh pemimpin yang mudah tersenyum ini juga mengisahkan masa kecil di rumah tempat ia tinggal, letaknya 500 meter di utara kampus.

Dengan membawakan tema “Menjadi Manusia Bernilai Menyongsong Indonesia Memimpin Dunia 2045” ini, Anies mengajak seluruh jamaah khususnya generasi millenial untuk selalu menyiapkan diri terhadap perubahan dan kemajuan yang akan melesat pada tahun-tahun mendatang. Ia juga menegaskan bahwa masa depan dari peradaban umat manusia akan berada di perkotaan.

Pada tahun 2027, untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, penduduk dunia yang tinggal di kota akan lebih banyak daripada yang tinggal di pedesaan. Sedangkan di tahun 1950-an, hanya 30 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan dan 70 persen tinggal di pedesaan,” jelasnya.

Sementara, pada tahun 2021, 57 persen penduduk dunia dinyatakan bertempat tinggal di perkotaan. Begitupun juga yang terjadi di Indonesia, tahun 2011 untuk pertama kalinya Indonesia memiliki statistik lebih banyak warga yang tinggal di perkotaan daripada di pedesaan. Dan pada tahun 2021, sebanyak 57 persen warga Indonesia lebih memilih tinggal di kota.

Lalu bagaimana dengan Islam? mengutip dari Siroh Nabawi, Anies menyatakan bahwa agama Islam berkembang pesat saat berada di kawasan urban. Islam dipercaya sebagai agama yang tumbuh di kawasan perkotaan, pertama kali di Mekkah yang merupakan pusat kegiatan kemudian menyebar ke wilayah Yahtrip yang padat akan penduduk dan pusat pengelolaan pemerintahan.

Jadi, bagi umat Islam sendiri saat harus berbicara tentang Islam bukanlah menjadi sesuatu yang baru, karena memang Islam tumbuh berawal di kawasan perkotaan. Tentunya dengan tantangan da hambatan yang berbeda.

Tantangan Perkotaan di Masa Depan

Secara umun, Anies menjelaskan bahwa tantangan utama kota Jakarta adalah pergerakan penduduknya. Menurut data, DKI Jakarta dihuni kurang lebih 11 juta jiwa, 13 juta kendaraan roda dua dan 3 juta kendaraan roda empat. Jika dibandingkan, Jakarta yang memiliki luas 600 kilometer persegi ini harus menampung 16 juta kendaraan.

Kemacetan dan kemampatan yang tak bisa dihindarkan ini pun melahirkan sebuah pertanyaan bagaimanakah mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan menambah jumlah kendaraan umum. Anies akhirnya menginovasikan Jak Lingko, satu sistem yang mengintegrasikan seluruh transportasi umum menjadi satu kesatuan yang di pantau oleh 27 operator.

“Kami ingin kendaraan umum di Jakarta itu terjangkau harganya, terjangkau jaraknya, dan nyaman. Jika dulu, hanya ada operator dan penumpang yang langsung bertransaksi, maka kami rubah regulasinya dimana pemerintah membeli jasa operator per kilometer per hari dan penumpang cukup membayar 5 ribu per 3 jamnya,” ungkap Anies.

Apa yang terjadi? Para operator ini akhirnya tidak ada yang ngetem, tidak membuat macet, karena mereka akan terus berjalan mencari penumpang. Dan penumpangnya pun tidak perlu baya berkali-kali jika berpindah operator, asalkan dengan batas maksimal selama 3 jam. Jadi tidak ada lagi rute gemuk tidak ada rute kurus.

Tantangan selanjutnya yang harus dihadapi sebuah kota adalah persoalan transportasi. Sosiologi interaksi menjadi hal yang penting untuk melakuka pendekatan kepada masyarakat dan lebih memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh mereka.

Anies Baswedan buka Puasa dengan Air Kelapa Muda dan Tempe Goreng di Jalan Kaliurang sebelum Memberikan Kajian di Masjid Kampus UGM Yogyakarta /Foto: instagram – @aniesbaswedan

Kinerja yang sistematis, antara gagasan, narasi dan kebijakan menjadi indikator dalam mengupayakan perkembangan. Sekalipun ada kebijakan tetapi tidak ada narasi dan gagasan sama seperti hal yang kosong. Tidak akan ada permasalahan masyaraka yang terjawab, adanya kebijakan karena ada gagasan yang berawal dari keresahan warga.

Dari beragam regulasi dan inovasi yang di gagas, sosok berkacamata ini ingin menegaskan pentingnya kesetaraan, persatuan, dan kebersamaan. Tidak ada lagi ketimpangan sosial yang selama berdekade-dekade membelenggu ibukota. Semua warga berhak mendapatkan tempat yang sama, berdiri di garis yang sama dan bisa duduk bersama.

Anies mengatakan bahwa Indonesia tidak akan pernah menjadi negara yang global apabila rakyatnya tidak mempunyai fikiran dan eksekusi yang universal. Sedangkan akar dari semua kesuksesan dalam memajukan Indonesia berasal dari iman, Islam dan akhlak. Membangun kompetensi yang cepat dan tepat juga menjadi salah satu kuncinya.

Lahir boleh dimana saja, belajar boleh dimana saja, tapi kompetensi harus mendunia. Bangun jaringan global melalui media sosial. Memanfaatkan kecanggihan teknologi bisa menjadi kendaraan untuk menuai kesuksesan di segala bidang,” tegas Anies.

Tugas Baru Untuk Generasi Muda

Di hadapan para jamaahnya, Anies mengimbau agar para mahasiswa yang merupakan para penerus bangsa tidak hanya berkutat di dalam kelas perkuliahan. Mereka diharapkan bisa menjadi manusia-manusia berfikiran kritis yang tak takut akan permasalahan dan perdebatan.

Dimana, perdebatan bukan hal yang menakutkan atau malah menjatuhkan lawan. Namun perdebatan disini isa menjadi media untuk semakin mengasah kepekaan sosial terhadap permasalahn-permasalah yang timbul di masyarakat. Tentunya, menjadi mahasiswa kekinian yang memikirkan nasibnya sekarang dan menjadi mahasiswa yang siap merancang masa depan.

Anies berharap, di era kemajuan teknologi yang sangat cepat ini bisa dimanfaatkan secara betul oleh para generasi muda. Sarana tersebut bisa digunakan untuk menyebar jaringan serta mampu menghubungkannya ke tempat-tempat yang menjadi salah satu faktor perubahan peradaban dunia.

Jadilah mahasiswa yang sibuk, jadilah mahasiswa yang sulit mengatur waktu, dan jadilah mahasiswa yang banyak menghabiskan waktu untuk berorganisasi. Kepekaan semakin lama akan semakin terasah,” ungkapnya.

Ia mengingatkan, jangan hanya sekedar membangun infrastruktur. Tetapi harus tahu bagaimana membangun infrastruktur yang bisa membawa banyak manfaat secara sosial untuk masyarakat. Infrastruktur yang bisa dinikmati semua kalangan dan bukan infrastruktur yang hanya bisa dinikmati segelintir orang.

 

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI