Gus Izza Sadewa: Sekarang Sulit Bedakan Mana Pengajian, Mana Nonton Lawak

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
Gus Izza Sadewa (kanan) bersama Mbah Sujiwotedjo (kiri-pakai peci berkacamata) /Foto: instagram-sadewa_corleone07

Sejak pertama muncul di muka publik, mubaligh remaja asal Kabupaten Jombang Jawa Timur Muhammad Izza Sadewa atau Gus Izza, langsung mencuri perhatian. Kemunculan Gus Izza menjadi buah bibir. “Mondoknya di mana, anak siapa, masih sekolah kelas berapa,” menjadi pertanyaan yang kerap terlontar.

Banyak yang memperbincangkan usianya yang masih belia. Masih bocah, namun memiliki keilmuan agama yang mengagumkan. Mempunyai kecakapan retorika yang jempolan. Gus Izza tak hanya fasih mengaji tema-tema fikih dan muamalah. Ia juga piawai mengaji tasawuf yang dianggap sebagai ngaji tuwo (tua). Ia mampu memblejeti akar persoalan manusia sekaligus mendedah ayat sebagai landasannya.

Belum lama ini Gus Izza mengaji bertema Menjadi Manusia Yang Bermanfaat. Ia mengaji dengan jamaah yang sebagian besar orang tua. Di depan majelis ia mengatakan menjadi insan manusia yang bermanfaat bagi sesama adalah keharusan, karena itu perintah Allah SWT.

“Kulo kaliyan panjenengan diperintah Allah menjadi manusia yang punya nilai manfaat (Saya dan anda diperintah Allah menjadi manusia yang mempunyai nilai manfaat),” tutur Gus Izza dalam pengajian yang diunggah dalam channel youtube JDS Studio.

Apa yang dinamakan manfaat itu kata Gus Izza adalah fungsi. Segala sesuatu yang memiliki fungsi. “Manfaat itu berjalannya semua fungsi. Manfaat maknane fungsi,” kata Gus Izza.

Ia mencontohkan seseorang yang memiliki mobil mewah. Sebuah roda empat yang bernilai ekonomis fanastis. Sebut saja Rp 500 juta. Bagi Gus Izza menjadi aneh dan lucu ketika si pemilik kendaraan tak berani mengendarai dengan alasan eman-eman. Yang bersangkutan khawatir bahan bakar mobilnya boros. Kemudian juga was-was dengan harga perawatan mahal, apalagi kalau terjadi insiden yang bisa menimbulkan kerusakan. Karenanya si pemilik memilih jalan kaki atau mengendarai kendaraan lain yang harganya lebih murah.

Menurut Gus Izza walau mahal, faktanya roda empat tersebut tidak mengandung nilai manfaat. Baik terhadap diri sendiri, apalagi buat orang lain. “Terus ngopo kok tuku? (Terus buat apa dibeli),” tanya Gus Izza.

Ia juga mememberi contoh seorang perempuan yang membeli baju daster seharga Rp 1 juta. Setelah daster terbeli ternyata si wanita tersebut enggan mengenakannya, dengan alasan eman-eman, khawatir rusak.

“Terus ngopo kok tuku ? (Terus buat apa kamu beli),” selorohnya.

Sementara dalam hidup, seorang mukmin diperintah Allah SWT senantiasa menjadi makhluk yang bermanfaat buat sesama. “Apa itu?,” tanya Gus Izza. Manusia yang mampu menerjemahkan sesuatu yang diyakini (keyakinan) menjadi perilaku hidup. Mengaktualisasikan keyakinan dan pengetahuan sebagai prilaku hidup, dan itu akan membawa manfaat bagi sesama. Sebab Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Bila mana prilaku mukmin tidak sesuai dengan keyakinan dan pengetahuan, hidup hanya akan sia-sia.

“Bila mana perilaku tidak sesuai keyakinan, bisa disebut muspro (sia-sia)”, demikian kata Gus Izza. Ia menyebut prilaku ghibah atau rasan-rasan sebagai contoh keyakinan yang tidak tertransfer dalam prilaku hidup. Sesuai keyakinan, kata Gus Izza jelas menggariskan menggunjing keburukan orang lain, dilarang.

Namun kenyataanya masih banyak yang melakukannya. “Rasan-rasan. Ngomongke eleke tonggo (Bergunjing, membicarakan keburukan tetangga)”. Padahal keyakinan mengatakan siapa yang berghibah bakal masuk neraka. Tapi tetap ngelek-ngelek (Tapi terus bergunjing),” papar Gus Izza.

Keyakinan juga melarang seorang mukmin menjadi manusia yang kikir, pelit, loba, tamak. Namun faktanya perilakunya masih demikian. Meyakini Allah maha besar, maha mencukupi. “Tapi perilakunya sek ragu karo gusti Alloh (Tapi prilakunya masih ragu dengan Allah). Tanggal tuwo ra nyekel duit, mati aku,” tuturnya.

“Keyakinan Allah maha benar, tapi sek protes terus,” demikian Gus Izza menegaskan.

Ada juga yang merasa sudah rutin menunaikan salat dhuha, dengan harapan kelancaran rezeki. Namun ternyata rezekinya tetap seret, lalu protes mempertanyakan. Sudah tekun mengucapkan wirid ya hayyu ya qayyum dengan harapan panenan sawahnya lancar. Tapi hasil panennya tetap mengecewakan, lantas protes kepada Allah.

Gus Izza melihat ada fenomena bergesernya esensi penyembahan Allah SWT. Pemahaman berdoa telah bergeser. Esensi memuja telah berubah menjadi memerintah, mendikte Allah. Bagi Gus Izza hal itu sudah tidak sesuai esensi keyakinan lagi. Hal itu gangguan aqidah.

“Niki lak adoh (Ini kan jauh),” katanya.

Saat doa-doa yang dilangitkan tidak segera mendapat jawaban, seorang mukmin semestinya mengevaluasi diri, bukan malah protes menyalahkan Allah.

Apakah yang dilakukan sudah benar? Sudah patut?. Kenapa Allah SWT tidak segera menjawab doa-doa yang tak berhenti dilangitkan?, kata Gus Izza pokok persoalan dan solusinya harus diketemukan.

Seorang mukmin harus mengetahui syariat, mengetahui hal baik dan buruk (haq dan bathil) dan tak hanya sekedar tahu, tapi juga diaktualisasikan dalam prilaku hidup. Keyakinan yang belum bermanifestasi dalam prilaku akan mengganjal doa-doa yang dilangitkan. Doa-doa tidak segera mendapat jawaban.

Saat hati belum terkoneksi dengan baik maka keyakinan akan sulit tertransfer ke dalam prilaku. Untuk mencapai keadaan itu, hati, ruh, akhlak harus senantiasa tersucikan.

“Sebab bila mana sejak dalam keyakinan tidak jelas maka prilaku juga tidak akan jelas,” tutur Gus Izza.

Putra Kiai Pengamal Tarekat Syadziliyah

Pada 28 April 2021 Gus Izza genap berumur 20 tahun. Muhammad Izza Sadewa lahir pada 28 April 2001. Ia merupakan putra bungsu Kiai Imron Jamil, pengasuh Ponpes Kiai Mojo, Jombang. Dalam riwayat pendidikan formalnya, Gus Izza memulai sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Bahrul Ulum Jombang. Saat masih di MI, ia nyantri di Ponpes Ngasinan Jember. Kemudian juga mondok di Kwagean Ponpes Fathul Ulum Kencong, Kepung Kediri.

Sekitar tahun 2017-an, nama Gus Izza tiba-tiba menjadi buah bibir. Seorang bocah yang masih berusia belasan, tapi memiliki kemampuan mengaji layaknya mubaligh profesional.

Usut punya usut, munculnya Gus Izza sebagai mubaligh karena situasi yang memaksa. Saat itu ia harus menggantikan Kiai Imron Jamil, ayahnya mengaji di depan jamaah karena di waktu yang sama berhalangan hadir. Ternyata bocah remaja itu memiliki kefasihan seorang mubaligh.

Sejak itu nama Gus Izza populer sebagai mubaligh muda asal Jombang. Kepandaian Gus Izza dalam berdakwah tidak lepas dari peran sang ayah dan guru-gurunya di pesantren.

Kiai Imron Jamil, ayah Gus Izza berlatar belakang pendidik. Ia pernah mengenyam pendidikan formal pada perguruan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) dan lulus dengan menyandang gelar doktorandus.

Kiai Imron Jamil yang sempat merantau juga santri almarhum KH Abdul Jalil Mustaqim, mursyid tarekat Syadziliyah yang berpusat di Kabupaten Tulungagung (Ponpes PETA).

Awalnya Kiai Imron Jamil hanya seorang kiai kampung. Hingga tahun 1991, rumah yang ia tempati bersama istrinya, Nyai Titi Maryam di Jombang juga masih berstatus ngontrak. Tempat tinggal kontrakan tersebut berada di sebuah kampung yang bersebelahan dengan warung makanan.

Di lingkungannya, setiap usai salat subuh Kiai Imron Jamil rajin mengaji tafsir Munir karya Syekh Nawawi al-Bantani dan Kitab Al –Hikam. Lama-kelamaan jumlah jamaah yang ikut ngaji bertambah.

Nama Kiai Imron Jamil terkenal sebagai mubaligh, terutama di wilayah Jawa Timur, khususnya di kawasan Mataraman. Ia banyak mendapat undangan untuk mengisi acara pengajian. Antara tahun 1997-1998 Kiai Imron Jamil membeli sebidang tanah yang di atasnya ia dirikan sebagai rumah. Di lokasi yang sama ia juga mendirikan pondok pesantren.

Awalnya pesantren tersebut tidak memiliki nama. Kemudian atas petunjuk Mbah Jalil mursyid tarekat syadziliyah, Kiai Imron Jamil memberi nama pesantrennya Kiai Mojo.
Nama Ponpes Kiai Mojo untuk menapaktilasi ketokohan Kiai Mojo, salah seorang ulama sekaligus pejuang Islam yang menjadi tangan kanan Pangeran Diponegoro. Kebanyakan santri di Ponpes Kiai Mojo Jombang para mahasiswa. Kemudian juga orang-orang yang datang dengan tujuan mengabdi sekaligus menimba ilmu agama.

Setiap santri di pesantren Kiai Mojo memiliki kebiasaan melakukan dzikrullah dan berusaha menjaga jasmani rohani mereka tetap suci. Karenanya di luar ibadah salat fardu para santri selalu membasuh diri dengan air wudlu (berwudlu).

Para santri juga menjalankan prinsip hidup bermanfaat bagi sesama, menghindari mudhorot serta melaksanakan kewajiban agama sesuai aturan. Gus Izza sejak kecil tumbuh di lingkungan santri. Ia juga nyantri kepada Mbah Jalil.

Ada yang mengatakan, kemampuan Gus Izza sebagai mubaligh remaja yang mengejutkan banyak orang itu berkat karomah Mbah Jalil. Ia memiliki nuril basyiroh, yakni memiliki kemampuan mengetahui pengetahuan secara cepat.

“Konon ilmunya diinstal langsung oleh Mbah Kiai Abdul Jalil Mustaqim,” demikian suara yang berkembang.

Dalam channel youtube JDS Studio, Gus Izza mengatakan saat ini semua serba tidak jelas. Banyak perilaku yang tidak memakai dasar keyakinan. Hal itu yang membuat tak ada lagi bedanya pengajian dengan menonton pertunjukan lawak, banyolan. Tidak jelas lagi antara tahlilan dengan acara kumpul-kumpul.

“Sakniki mbedakke endi pengajian endi nonton lawak, endi tahlil endi kumpul-kumpul, mpun angel (Sekarang membedakan mana pengajian mana nonton lawak, mana tahlil mana kumpul-kumpul sudah sulit),“ kata Gus Izza.

Gus Izza mengatakan, jangan bertransaksi dengan Allah. Dalam artian jangan beribadah karena lantaran mengharap sesuatu. Saat beribadah hendaknya memakai tata cara ibadah. Begitu pun saat bekerja juga memakai tata cara bekerja.

Menurut Gus Izza jangan mencampir adukkan urusan bekerja dengan ibadah. Karena setiap takdir pasti memunculkan perintah dan larangan. Dengan iman yang kokoh dan hati yang terang manusia akan selamat dunia akhirat.

“Ibadah yo ibadah ngono ae. Lillahi taala, tulus. Bukan karena biar utang cepat lunas atau biar cepat kaya. Jangan dihubung-hubungkan,” pungkas Gus Izza.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI