Gus Iqdam, Mubaligh Muda Ngopeni Pemuda “Madesu”
- November 26, 2021
- 6:15 am

Agus Muhammad Iqdam atau orang akrab memanggilnya Gus Iqdam, merupakan mubaligh muda yang lagi naik daun. Terutama di kalangan kaum muda di wilayah eks Karisidenan Kediri, khususnya Blitar, Jawa Timur. Nama Gus Iqdam dengan Majelis Ta’lim Sabilu Taubahnya, sedang melejit.
Bulan Desember tahun 2021, majelis baru berumur tiga tahun. Namun pengajian yang berlangsung di Ponpes Mamba’ul Hikam II Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar itu, sudah menyedot ribuan jamaah. Yang menarik, mereka yang ngaji adalah para pemuda seumurannya.
“Tahun kemarin sakantawis 700-an. Tahun sakmeniko 2.500 jamaah (Tahun kemarin sekitar 700an. Tahun sekarang 2.500 jamaah),” tutur Gus Iqdam dalam channel youtube Gus Iqdam Official. Latar belakang kaum muda yang rutin ngaji di Majelis Sabilu Taubah Gus Iqdam, berbeda-beda.
Ada yang masih duduk di bangku tsanawiyah (setingkat SMP). Kemudian aliyah (setingkat SMA) hingga masih kuliah. Yang datang dari kalangan pemuda jalanan, juga tak sedikit. Berandalan, preman bertato yang terbiasa dengan tradisi molimo. Para pemuda yang sukarela menerima sebutan Madesu : masa depan suram.

Namun sejak mengenal Majelis Sabilul Taubah, kebiasaan lama tersebut berangsur-angsur mereka tinggalkan. “Niki istiqomah (ngaji) saestu. Namine Febi, preman pasar Srengat (Ini istiqomah sungguh-sungguh. Namanya Febi, preman pasar Srengat),” tutur Gus Iqdam mengenalkan jamaahnya di depan guru-gurunya.
Di sebuah acara perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, Gus Iqdam juga memperkenalkan Febi sebagai pemuda dengan tubuh penuh tato. Dengan gaya bercanda, ia mengistilahkan Febi sebagai ahli gambar yang tak memiliki kanvas. Sehingga tubuhnya yang digambar. Setelah aktif ngaji di majelis, Febi bercita-cita menghapus tatonya.
Lain lagi cerita Agus Kotak. Sejak lulus kuliah hingga menikah, belum sekalipun beribadah Sholat Jumat. Namun sejak aktif di Majelis Sabilu Taubah, Agus mulai menunaikan Sholat Jumat. “Alhamdulillah sakmeniko sampun jumatan (Alhamdulillah sekarang sudah salat Jumat),” kata Gus Iqdam menceritakan perubahan Agus Kotak.
Febi dan Agus Kotak hanya dua contoh dari banyak jamaah majelis yang telah berubah lebih baik. Majelis Sabilu Taubah telah membawa pencerahan. Terutama dalam hal benah-benah akhlak. Gus Iqdam menerapkan metode merangkul sekaligus nguwongke (memanusiakan) para jamaahnya.
Ia tak pernah serta menghukumi atau menyalah-nyalahkan terhadap sebuah pelanggaran. Dengan kemudaannya, Gus Iqdam memakai gaya komunikasi lazimnya kaum muda yang mengobrol dengan teman sebaya. Termasuk saat mengaji.
Pengasuh Ponpes Mambaul Hikam II tersebut juga memilih bahasa yang paling mudah dimengerti. Hal itu yang membuat jamaah majelis sabilu taubah yang mayoritas pemuda, betah. “Alhamdulillah, perkembangan satu tahun ini luar biasa,” kata Gus Iqdam.
Dimulai dari Tujuh Jamaah
Gus Iqdam belum genap berusia 30 tahun. Ia memulai Majelis Ta’lim Sabilu Taubah di Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat pada akhir Desember tahun 2018. Awalnya, hanya tujuh orang jamaah yang mengikuti majelisnya.
“Rumiyin babatipun kaliyan tiyang pitu (Dulu waktu awal mulai bersama tujuh orang),” cerita Gus Iqdam dalam channel youtube Gus Iqdam Official. “Tiyang pitu niku mboten wonten ingkang sarungan (Orang tujuh itu tidak ada yang bersarung) “.
Gus Iqdam merupakan dzuriyah (keturunan) Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam Mantenan Udanawu, Kabupaten Blitar. Ibunya, Hj Nyai Lanratul Farida adalah putri pendiri pesantren Mambaul Hikam.
Nyai Rid begitu akrab disapa, juga pengasuh Ponpes Mambaul Hikam II di Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat. Gus Iqdam memiliki tiga orang kakak kandung dan ia yang paling muda (bungsu).
Di saat Gus Iqdam tumbuh remaja, ayahnya meninggal dunia. Soal pengetahuan agama, ia banyak mengaji kepada KH Dliyauddin Azzamzami atau Gus Diyak pengasuh Ponpes Mambaul Hikam Mantenan Udanawu.
Gus Diyak yang bagi Gus Iqdam sudah seperti ayah sendiri, merupakan saudara ibunya. Selain itu, ia juga nyantri di pondok pesantren Al Falah Ploso Kediri (Berdiri 1924). “Kawulo santrinipun Gus Kausar. Bisa seperti ini karena nyantri di Gus Kausar,” terang Gus Iqdam.
Gus Iqdam memulai Majelis Ta’lim Sabilu Taubah setelah di lingkungannya meminta. Saat itu ia masih kerap menerima undangan ngaji di Lampung, Sumatera. Dimulai dari obrolan warung kopi yang kemudian dikonsultasikan kepada gurunya, Gus Iqdam merintis majelis ta’lim.
Ia melihat harus ada yang mendampingi kaum muda. Terutama mereka yang terlanjur dicap sebagai para pemuda Madesu, harus ada yang mengantarkan ke jalan pencerahan. Langkah yang diambil Gus Iqdam tidak langsung berjalan mulus.
Di awal majelis berdiri, tidak sedikit yang meragukannya. Namun dengan mendapat dukungan Gus Diyak, kendala yang ada justru menjadi penyemangat. “Di awal sempat didebat ilmu agama bersimpangan dengan kenyataan dunia,” kenang Gus Iqdam.
Perlahan dan pasti, Majelis Sabilu Taubah yang berlokasi di Karanggayam terus berkembang. Jumlah jamaah dari hari ke hari terus bertambah. Gus Iqdam ngaji rutin seminggu dua kali. Setiap malam Selasa dan malam Jumat. Ia mengedepankan tema-tema akhlakul kharimah.
Ia memulai ngaji pada pukul 8 malam sampai 12 malam. Suasana berlangsung penuh keakraban. Sambil merokok serta menikmati kopi yang selalu tersedia, para jamaah menyimak. Khusus malam Jumat Gus Iqdam mengaji Simtudduror atau maulid Habsyi.
Isinya tentang lafadz dan bacaan salawat nabi, ayat-ayat Al-Quran, kisah dan riwayat (manakib) Rasulullah SAW. Khusus malam Jumat para jamaah memakai pakaian warna putih. Kepada para jamaahnya Gus Iqdam selalu mengingatkan : dirinya hanya seorang santri yang selalu ikut dawuh kiai.
“Ojo sampek sampeyan seneng karo aku tapi ora seneng dengan kiai liyane. Soale kulo niki mung santri ingkang nderek kiai. (Jangan sampai anda suka sama saya tapi tidak suka dengan kiai lain. Sebab saya hanya santri yang ikut kiai),” pesan Gus Iqdam kepada jamaahnya.
Baca juga
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden