Dikukuhkan Menjadi Raja Muda Mangkunegara, Sosok Bhre Cakrahutomo Banjir Perhatian
- Mei 13, 2022
- 8:58 pm

Belum lama ini Kota Solo menjadi pusat perhatian seluruh masyarakat Indonesia, bukan karena makanan khasnya atau tempat wisata instagramable. Namun kota yang selalu diidentikkan dengan warga yang ramah dan unsur Jawa yang kental ini baru saja memiliki Raja Mangkunegara yang baru, tepatnya Raja Mangkunegara X.
Pemuda yang mempunyai nama lengkap Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwa resmi dilantik menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X. Selayaknya acara resmi kerajaan, pelantikan tersebut berlangsung sangat khidmat dan kental akan budaya Jawa, tidak hanya sanak keluarga dan saudara, bahkan tamu undangan yang hadir juga tak lepas dari pakaian adat Jawa.
Bertempat di Istana Pura Mangkunegaran di Solo, Jawa Tengah, Bhre Cakrahutomo nampak gagah saat menjalani prosesi demi prosesi Jumenengan atau biasa dikenal sebagai prosesi yang wajib dilakukan sebagai bentuk naik takhta menjadi raja Mangkunegara X. Selain itu, prosesi Jumenengan juga dipercaya sebagai momentum membangkitkan wisata budaya keraton.

Pada acara penobatan atau proesi Jumenengan ini akan disajikan beberapa tarian sakral yang penuh akan makna sejarah yakni tari Bedhaya Anglir Mendung. Dimana, tarian ini secara umum menggambarkan kisah Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said yang tak lain merupakan pendiri dari Mangkunegaran.
Nampak, GPH Bhre memakai baju putih polos yang dibalut dengan beskap Mangkunegaran, tak lupa aksen pakaiannya dipadupadankan dengan blangkon dan sandal slop berwarna hitam pekat. Aksesoris pun tak ketinggalan, dua cincin masing-masing cincin batu merah dan cincin batu hitam menghiasi tangan sebelah kiri dan tangan sebelah kanannya.
Namun, ada salah satu item fashion yang sangat menarik perhatian publik, yakni batik pada sinjang atau jarik yang digunakan oleh Bhre saat prosesi Jumenengan. Penampilan dan motif batik itupun mencuri mata salah satu pakar batik sekaligus Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo Gunawan Setiawan.
Dilansir dari TribunSolo.com, Gunawan Setiawan mengatakan bahwa kain batik yang digunakan oleh Bhre mempuyai motif Parang Seling Lunglungan. Dimana, Parang ageman raja atau pakaian yang biasanya digunakan para raja memang motif Lunglungan berarti bunga yang menjalar.
Bahkan, batik Parang Seling Lunglungan juga memiliki makna yang luar biasa yakni bermakna mendalam tentang filosofis raja yang berpenampilan gagah, mempunyai sikap yang tegas, suistanable, dan seorang raja yang gemar menolong.
Tak hanya itu, pakaian yang kental akan adat Jawa ini lagi-lagi mengundang decak kagum para masyarakat. Selain, beskap berwarna hitam, terdapat juga blangkon dan dasi kupu yang dipakai GPH Bhre memang sangat identik dengan baju khas Mangkunegara yang selama ini menjadi kebanggaan di lingkungan kerajaan bahwa warga Solo.
Diketahui, Mangkunegara X ini dikukuhkan langsung oleh Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX dengan menyematkan pusaka keris Kanjeng Kyai Wangkingan serta membacakan Prasetyo lengkap dengan bahasa Jawa.
Tak hanya abdi dalem dan keluarga kerajaan yang merasakan euforia pengukuhan Raja Mangkunegara X, bahkan warga sekitar pun juga turut menyambut acara besar tersebut. Beberapa media yang meliput menyebutkan bahwa banyak dari warga sekitar yang turut memeriahkan penobatan Raja Mangkunegara.
Mereka nampak mengenakan pakaian bak seorang prajurit dengan dominasi warna hitam dan merah serta tak lupa membawa tombak. Meskipun gerbang Pura Mangkunegaran dijaga ketat oleh para penjaga yang bertugas, namun sama sekali tidak ada penyekatan di jalur utama menuju ke Mangkunegaran.
Sosok Kharismatik Bhre Cakrahutomo
Sosok Raja Mangkunegara X yang baru berusia 25 tahun ini memang selalu menarik untuk dibahas. Banyak orang mengenalnya sebagai pribadi yang ramah dan selalu memiliki pemikiran progresif. Harapan seluruh abdi dalem serta warga Solo sekarang bertumpu di pundak seorang remaja yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia ini.
Kehadiran Bhre Cakrahutomo diharapkan mampu membawa nama besar Praja Mangkunegara menjadi lebih baik di masa mendatang. Sinergitas pemikiran-pemikiran anak muda inilah yang dielu-elukan bisa memajukan dan mensejahterakan Kota Solo pada khususnya.
Tak hanya Keraton Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, bahkan Pemerintah Kota Surakarta pun juga berharap adanya kerjasama yang apik bisa terjalin antar pemimpin muda untuk bersama-sama memberikan pelayanan terbaik bagi warga sekaligus melahirkan ide-ide segar yang berkesinambungan.
Secara umum, GPH Bhre dipandang sebagai sosok pemuda yang sangat ramah dan mempunyai sopan santun yang tinggi kepada siapa pun yang ia temui. Ia juga dikenal sangat menghormati orang yang jauh lebih tua dari dirinya. Namun, saat bertemu dengan seseorang yang seumuran dengannya, Bhre bisa menempatkan diri menjadi pribadi yang bersahabat.
Seperti remaja pada umumnya, Bhre Cakrahutomo juga memiliki kegemaran di bidang-bidang tertentu. Salah satunya, Bhre menyenangi berbagai kegiatan yang erat hubungannya dengan alam dan fotografi, bahkan ia dikenal sebagai pendukung salah satu klub sepak bola.
Meskipun begitu, Bhre tetaplah seorang anak keturunan keraton. Meskipun tengah menikmati masa-masa mudanya, ia tak lupa dengan asal-usulnya. Bhre diketahui sangat memahami adat istiadat di Pura Mangkunegaran. Banyak yang mengatakan bahwa Bhre begitu baik dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dahulu diperintahkan oleh ayahandanya.
Diketahui, raja muda yang lahir pada 29 Maret 1997 ini merupakan putra dari KGPAA Mangkunegara IX dari istri kedua atau biasa dikenal dengan Permaisuri GKP Prisca Marina Yogi Supardi. Disamping itu, Bhre juga mempunyai seorang kakak perempuan dan dua kakak tiri dari istri pertama KGPAA Mangkunegara IX yakni Sukmawati Soekarnoputri.
Kakak perempuan Bhre bernama GRA Ancillasura Marina Sudjiwo sedangkan kedua kakak tirinya bernama GPH Paundrakarna Sukma Putra serta GRA Putri Agung Suniwati atau Menur. Meskipun sebatas saudara tiri, mereka terlihat kompak dan bahkan saling mendukung saat Bhre dinobatkan sebagai raja.
Sementara dalam bidang pendidikan, Bhre tercatat merupakan seorang alumni dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, ia dikenal sebagai mahasiswa yang aktif mengikuti kelas perkuliahan. Bahkan, Bhre juga pernah menorehkan prestasi di tingkat Internasional saat ia tergabung dengan Tim Mooting Vis Fakultas Hukum UI.
Dilansir dari laman resmi Puro Mangkunegaran, Bhre berhasil menyabet gelar champion pada sesi final Pree-Moot Willem C. Vis International Commercial Arbitration Moot di Republik Ceko. Bagi yang belum mengetahui, Willem C. Vis International Commercial Arbitration Moot merupakan pertandingan pengadilan semu yang diadakan oleh Pace Law School.
Sebagai sosok raja muda, Bhre mempunyai pandangan bahwa kebudayaan merupakan harga diri dan sebuah identitas. Terlebih, Pura Mangunegara dipercaya merupakan warisan budaya leluhur yang tentunya tidak serta merta bisa diturunkan secara biologis, namun harus dijalankan sebagai bentuk warisan kepada generasi mendatang.
Meskipun terhitung muda dan masih melajang, Bhre dikenal memiliki hubungan yang baik dengan beberapa orang penting di wilayah Pemerintahan Kota Solo. Ia cukup atif dalam segala kegiatan, baik kegiatan yang diselenggarakan oleh keraton, pemerintah maupun swasta. Keaktifannya inilah yang membuat Bhre begitu mudah berkenalan dengan orang baru.
Sementara, tugas Bhre sebagai raja muda bukanlah persoalan yang mudah. Ia mengampu kewajiban besar untuk membesarkan dan mempertahankan kebudayaan, terutama kebudayaan Solo yang telah mengalir deras didalam tubuhnya. Sebagai anak muda, tuntutan kreativitas tak bisa dilepaskan dari pundak Bhre, namun itulah pintu utama untuk semakin melebarkan sayap kebudayaan di mata dunia.
Dua Calon Raja yang Tak Naik Takhta
Penobatan Bhre Cakrahutomo memang tak bisa dilepaskan dari atensi masyarakat yang luar biasa. Perhelatan acara yang mewah nan sakral menyelimuti prosesi demi prosesi dari awal hingga akhir. Namun, bukan warga Indonesia apabila tidak cerdik dalam melihat kondisi. Pasalnya, tepat dihari penobatan, sosok GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro tak terlihat sama sekali.
Diketahui, GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro sendiri tak lain adalah putra sulung dari mendiang Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX. Namun, ia harus mengubur cita-citanya untuk duduk di kursi raja karena ia tak terpilih meneruskan takhta kerajaan karena status ibunya yang bukan lagi menjadi permaisuri.
Banyak sumber yang menyebutkan bahwa pernikahan KGPAA Mangkunegara IX dengan Sukmawati Soekarnoputri dikabarkan kandas sebelum Paundra bisa naik takhta. Itulah yang menyebabkan Sukmawati tidak bisa mendapatkan gelar sebagai seorang permaisuri.
Padahal jika dilihat dari silsilah keluarga, GPH Paundra memang lebih pantas menduduki takhta karena memang statusnya yang merupakan anak sulung dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX. Bahkan, ia juga beragama Islam yang tentunya sangat sesuai dengan ketentuan menjadi Raja di Mataram Islam.
Meskipun gagal naik takhta, pemuda yang sempatt terjun di dunia entertaiment ini mendapatkan dukungan dari beberapa saudaranya. Kini, GPH Paundra yang tak lain merupakan cucu Bung Karno kini mendapatkan gelar sebagai Pangeran Sepuh di Pura Mangkunegara Solo.
Selain GPH Paundra, ada nama lain yang santer diisukan akan meneruskan takhta yakni KRMH Roy Rajasa Yamin. Roy sendiri merupakan cucu dari Pahlawan Nasional Muhammad Yamin, selain itu juga putra dari Dang Rahadian Sinayaningsih Yamin dan GRA Retno Satuti yang juga merupakan putri tertua dari KGPAA Mangkunegara VIII.
Namun sangat disayangkan, meskipun Roy dikenal sebagai sosok yang menuai banyak dukungan dari masyarakat untuk naik takhta, nyatanya ia tak terpilih menjadi Raja Mangkunegara X karena beberapa alasan. Berbeda dengan Bhre dan Paundra, sosok Roy lebih dikenal dekat dengan masyarakat. Bahkan ia pernah merenovasi salah satu makam leluhur yang dahulunya sangat tida terawat
Baca juga
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara