Cerita Ki Juru Martani, Sang Cendikiawan Mataram Islam (1)
- November 21, 2022
- 12:32 pm

SANTRI KERTONYONO — Nama Kiai Juru Martani atau Ki Juru Martani dikenal sebagai salah satu tokoh cerdik cendikia yang pernah dimiliki Kesultanan Mataram awal.
Utamanya dalam strategi perang sekaligus membuat terobosan untuk kebesaran Mataram, Juru Martani jagonya. Ki Juru Martani pernah melakukan terobosan proyek penghijauan.
Pejabat yang bergelar Adipati Mandaraka itu memerintahkan seluruh lapisan golongan di wilayah Kesultanan Mataram untuk melakukan gerakan penghijauan.
“Peraturan itu dibuat saat ia masih menjabat sebagai patih,” demikian sumber yang berkembang.
Ki Juru Martani bernama lahir Ki Ageng Saba atau Ki Ageng Madepandan. Seorang perempuan bernama Nyai Sabinah adalah adik kandungnya.
Nyai Sabinah merupakan istri Ki Ageng Pemanahan, putra Ki Ageng Ngenis, keturunan Ki Ageng Sela yang garis darahnya bermuara kepada Brawijaya, Raja Majapahit. Dari Ki Ageng Pemanahan kemudian lahir Danang Sutawijaya, Raja Mataram Islam pertama yang bergelar Panembahan Senopati.
Sumber lain menyebut trah Ki Juru Martani berasal dari Sunan Giri. Ibunya adalah putri Ki Ageng Sela. “Hal itu menunjukkan antara Ki Juru Martani dengan Ki Ageng Pemanahan terikat hubungan kekerabatan”.

Ki Juru Martani bersama Ki Ageng Pemanahana, Ki Panjawi dan Danang Sutawijaya merupakan para perintis Kerajaan Mataram Islam. Mereka yang mengalahkan Adipati Jipang Panolan, Arya Penangsang, musuh Sultan Pajang Hadiwijaya.
Saat Sutawijaya bertahta sebagai Raja Mataram Islam, Ki Juru Martani menjadi salah satu tokoh penting di lingkaran kekuasaan paling dalam. Begitu juga dengan anak-anak Ki Juru Martani juga memperoleh posisi penting di Kesultanan Mataram.
Dua orang putra Ki Juru Martani yang dikenal adalah Pangeran Mandura dan Pangeran Kiting. Pangeran Mandura memiliki anak bernama Pangeran Mandureja dan Pangeran Upasanta.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Pangeran Mandureja pernah berniat menjajal berkhianat, namun niat itu kemudian diurungkan. Pangeran Mandureja memutuskan ikut menyerang Batavia pada tahun 1628.
Hanya saja nasibnya berakhir buruk. Karena kalah, ia dijatuhi hukuman mati bersama para panglima lainnya. Sementara Pangeran Upasanta diangkat menjadi Bupati Batang, Jawa Tengah. Keturunannya dinikahi Sultan Agung sebagai selir. Dari selir itu kemudian lahir Amangkurat I.
Baca juga
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden