Cerita Anies Baswedan di Tegalsari Ponorogo yang Baru Terungkap
- Oktober 8, 2022
- 6:56 am

SANTRIKERTONYONO – Anies Baswedan tidak terlihat membuat jarak. Kedatangan warga yang ingin bertemu dengannya, oleh Anies disambut hangat. Ia sapa satu-persatu. Ia jabat tangannya, termasuk sejumlah anak-anak, sempat digendongnya.
Warga mendengar Anies Baswedan sedang mengunjungi kediaman Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari atau Mbah Kasan Besari, Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur. Secara spontan warga pada berdatangan. Tidak sedikit yang meminta foto bersama Gubernur DKI Jakarta itu.
“Saya melihat pejabat dengan rakyat tidak ada gap (jarak), ya Pak Anies (Anies Baswedan) itu. Dahar (makan) pun juga menolak sendirian, tapi minta sama-sama,” tutur Kepala Desa Tegalsari Khoirul Huda mengenang peristiwa itu kepada Santri Kertonyono.
Khoirul Huda ikut di lokasi. Ia bersama beberapa orang yang mendampingi Anies dari Jakarta. Sebagai Kepala Desa Tegalsari, Khoirul Huda sejak awal mendapat kabar kalau Gubernur DKI Jakarta itu hendak sowan ke ndalem peninggalan Mbah Kasan Besari.
Selain untuk silatuhim dengan dzuriyyah (keturunan) Mbah Kasan Besari, Anies juga ingin memastikan joglo miliknya betul-betul milik Mbah Kasan Besari. Joglo kayu jati berusia 300 tahun itu kini menjadi tempat tinggal Anies Baswedan di Jakarta.

Menilik sejarahnya, joglo bermotif Satrio Pinayungan itu merupakan hadiah dari Pakubuwono II untuk Mbah Kasan Besari atas jasanya. Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari merupakan tokoh penyebar Islam awal abad ke-18 yang sangat dihormati umat Islam di nusantara, utamanya kaum nahdliyin (NU).
Dari sanad keilmuwan Mbah Kasan Besari kemudian banyak lahir pondok pesantren di Nusantara, khususnya di tanah Jawa. “Itu memang joglo peninggalan Mbah Kasan Besari. Motifnya Satrio Pinayungan,” kata Khoirul Huda.
Mimpi Anies di Kamar Mbah Kasan Besari
Bagian terdepan ndalem utama Mbah Kasan Besari berupa pendopo berukuran besar. Saka kayu jati atau tiang penyangga berdiri di mana-mana. Di tengah pendopo tergantung lampu kuno model kerekan.
Pada sisi belakang pendopo, terlihat tiga daun pintu berukuran sama. Posisinya berjajar satu sama lain. Ukurannya lebih besar dibanding pintu di ruangan sebelahnya.
Salah satu ruangan di belakang pendopo merupakan kamar pribadi Mbah Kasan Besari. Waktu itu bulan ramadhan. Di ndalem Mbah Kasan Besari itu, Anies Baswedan juga mendapat kesempatan berbuka bersama.
“Pak Anies tidak terlihat rikuh sama sekali dengan semuanya. “terang Khoirul Huda. Tidak hanya berbuka bersama. Oleh dzuriyyah, Anies Baswedan juga diijinkan menginap. Ia dibolehkan tidur di kamar Mbah Kasan Besari.
Soal kamar itu, Khoirul Huda memiliki banyak cerita. Sepengetahuanya, sebelum Anies Baswedan, sudah banyak tokoh, baik itu level nasional maupun regional yang berhasrat bisa menginap di kamar Mbah Kasan Besari.
Khoirul sempat menyebut beberapa nama. Meski sudah diijinkan, namun sejauh ini belum ada yang berhasil menginap. Banyak alasan yang membuatnya gagal. Terkadang, kata Khoirul alasan itu terasa di luar nalar.
“Misalnya ada yang kunci kamarnya tiba-tiba tidak ditemukan, sehingga tidak bisa masuk. Saat si tamu pergi belum lama, kunci tiba-tiba ketemu. Ada juga yang setiba di ndalem, tiba-tiba mengubah niatnya untuk menginap,” ungkap Khoirul Huda.
Semua hambatan yang kerap muncul tidak terjadi pada diri Anies Baswedan. Semua berjalan lancar. Malam itu Anies Baswedan tidur di kamar Mbah Kasan Besari. Sementara Khoirul Huda dan beberapa orang pendamping Anies dari Jakarta, berada di ruang tamu.
Menurut Khoirul Huda, ketulusan yang membuat Anies Baswedan bisa tidur di kamar Mbah Kasan Besari. Anies, kata Khoirul Huda tidur pulas. Begitu bangun untuk makan sahur, Khoirul juga sempat bertanya, mimpi apa yang didapat Anies. “Jawab Pak Anies, sudah besok akan tahu sendiri,” papar Khoirul Huda.
Sementara selama di Tegalsari Anies Baswedan juga menziarahi makam Mbah Kasan Besari. Di depan pesarean, Anies membaca doa tahlil, termasuk menunaikan salat subuh berjamaah. Khoirul Huda menambahkan, selain joglo, Anies Baswedan juga membeli rumah dan tanah milik dzuriyyah Mbah Kasan Besari.
Bangunan di atas tanah seluas 4000 meter persegi itu rencananya akan disulap menjadi perpustakaan dan museum pusaka serta kitab klasik Islam Nusantara, yakni terutama pusaka dan kitab peninggalan Mbah Kasan Besari. Saat ini IMBnya (Izin Mendirikan Bangunan) tengah diurus.
“Gambar bangunannya sudah jadi. Perpustakaan dan museum itu terdiri dari tiga lantai. Kemudian gudangnya akan dijadikan home stay. Pengelolaanya akan diserahkan kepada dzuriyyah. Semoga segera terealisasi” pungkas Khoirul Huda.
Baca juga
- Makna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies Baswedan
- Lahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton Presiden
- Kisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies Baswedan
- Ungkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno: Selamat Jalan Pejuang
- Peran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara