Anies Baswedan Bertemu Guru Gus Miftah, Salawat Santri Ponpes Nurul Huda Sragen Berkumandang

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin
Anies,Baswedan,Bertemu,Guru,Gus,Mifta,Salawat,Santri,Ponpes,Nurul,Huda,Sragen,Berkumandang
Anies Baswedan Bertemu Guru Gus Miftah, Salawat Santri Ponpes Nurul Huda Sragen Berkumandang/ Foto: istimewa

SANTRI KERTONYONO – Anies Baswedan bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Plosorejo Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen Jawa Tengah.

Anies merupakan sosok Capres 2024 yang akrab dengan dunia pesantren. Bersilaturahmi kepada kiai menjadi tradisinya sejak lama. Anies belum lama ini juga mengunjungi Ponpes Langitan Tuban, Jawa Timur.

Selain menginap, Ia juga berziarah ke makam Sunan Bonang, salah satu Walisongo penyebar Islam di tanah Jawa.

Sementara di pesantren Nurul Huda Sragen kehadiran Anies disambut kumandang salawat oleh para santri. Cucu pahlawan nasional AR Baswedan itu diterima langsung KH Syarif Hidayatullah atau Abah Syarif, pendiri pesantren.

“Anies diajak keliling ponpes dengan mengendarai motor trail dan bajaj,” demikian dikutip dari berbagai sumber.

Informasi yang dihimpun, Abah Syarif merupakan salah satu kiai sekaligus guru Miftah Maulana Habiburrahman atau dikenal dengan nama Gus Miftah.

Sebelum tenar, Gus Miftah rutin mengikuti pengajian di Ponpes Nurul Huda Sragen.  Pengajian yang dihadiri berbagai lapisan masyarakat dari berbagai daerah di Jawa Tengah itu, berlangsung rutin setiap pekan.

Seusai berkeliling pondok pesantren, Anies diajak Abah Syarif turun ke ladang dan sawah yang seluruh proses bercocok tanam dikelola langsung oleh santri.

Bersama santri, Anies turut memanen sayuran dan buah, yakni di antaranya  kangkung, terong, sawi dan buah mangga.

Kemudian, keduanya melanjutkan bersantap sarapan bersama yang seluruh bahan makanannya berasal dari pesantren Nurul Huda sendiri.

“Pesantren memang didesain sebagai lembaga pendidikan yang komprehensif yang tak hanya memberikan ilmu dan dakwah agama, tetapi juga menyiapkan mereka untuk dapat berkarya dan berkontribusi di masyarakat,” tulis Anies di Instagram pribadinya.

Anies memuji Ponpes Nurul Huda. Ia menyebut pesantren yang berjarak dekat dengan Gunung Lawu itu sebagai contoh pesantren yang mampu membekali santri dengan berbagai ilmu ketrampilan hidup (life skill).

Tidak hanya pada sektor pertanian dan peternakan. Santri juga diajari kemampuan bertukang dan kewirausahaan. Anies juga mengatakan Abah Syarif memiliki gaya kepemimpinan yang progresif.

Terutama dalam mengelola, membina sekaligus memberi teladan dalam keseharian para santri. “Kami bersyukur dapat mendengar berbagai wejangan dari beliau,” tulis Anies.

Abah Syarif Sosok Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu

Ponpes Nurul Huda Sragen berdiri pada tahun 1989. Di luar kegiatan mengaji serta mendidik akhlak atau budi pekerti, Abah Syarif juga mengajarkan pola kemandirian santri.

Santri diajari berekonomi atau berwira usaha sesuai dengan keahlian masing-masing. Soal kodisi sosial kemasyarakatan yang terjadi saat ini, Abah Syarif selalu berbicara lantang.

Pemikiran-pemikiran Abah Syarif tentang metafisis-agamis membuatnya menyandang sebutan Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu atau waliyullah pemimpin yang terbimbing wahyu.

Semasa muda, Abah Syarif tak berhenti melakukan laku riyadhoh (tirakat). Bahkan ia pernah berjalan kaki dari Alas Purwo di wilayah Banyuwangi Jawa Timur hingga Banten.

Dilansir dari Gema Bani Adam, Abah Syarif juga pernah menjalani laku tapabrata ora larabranta atau meditasi tanpa terganggu urusan dunia saat mulai menginjak usia 13 tahun.

Selama bermeditasi, Abah Syarif hanya mengonsumsi dedaunan serta buah-buahan di hutan.

Pernah dikisahkan, Prabu Brawaijaya V, Raja Majapahit konon pernah bersabda akan lahir keturunannya yang akan menyelamatkan Nusantara. Dzuriyahnya itu akan muncul di sekitar Gunung Lawu.

Bukan sebuah kebetulan, rumah Abah Syarif terletak persis di utara Gunung Lawu dan sebelah selatan Bengawan Solo. Kehadiran Abang Syarif sebagai jumeneng noto juga ditandai meletusnya Gunung Merapi yang kala itu laharnya mengarah ke wilayah barat daya.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on linkedin

SERING DIBACA

IKUTI KAMI